Museum Kebangkitan Nasional selalu dikaitkan dengan kehadiran organisasi pergerakan Boedi Oetomo (Budi Utomo) dan Sekolah Kedokteran Djawa (STOVIA). Memang tidak salah kalau masyarakat berpandangan demikian. Soalnya organisasi Budi Utomo dibentuk oleh para pelajar STOVIA, antara lain Soetomo dan Wahidin Sudirohusodo.
Karena di sini pernah berdiri sekolah kedokteran, tentu koleksi museum berupa benda-benda yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Ada empat ruangan yang menampilkan koleksi dunia kedokteran.
Keempat ruangan ini terdapat di sisi kanan museum dari arah pintu masuk. Isi informasinya tentang sejarah pengobatan dan kedokteran berikut peralatan yang digunakan pada masa tersebut. Di sini pengunjung dapat melihat peralatan yang digunakan dukun sebelum dokter datang. Juga alat-alat yang dipergunakan oleh dokter gigi pada masa itu, alat-alat sunat, alat bantu pernapasan, mikroskop, alat ronsen, alat pemecah kepala, dan lain-lain.
Karena menyangkut sejarah pergerakan nasional, isi museum pun tidak lepas dari itu. Selain tokoh-tokoh Budi Utomo, ditampilkan pula tokoh-tokoh pergerakan lain seperti R.A. Kartini, Samanhudi, dan Ahmad Dahlan.
Ikon museum
Boleh dibilang ikon museum adalah alat pemecah kepala manusia. Mendengar judulnya mungkin terasa menyeramkan. Lalu pertanyaannya kepala siapa yang dipecahkan dan bagaimana caranya?
Dulu orang yang sudah meninggal kepalanya dipenggal. Kepalanya itu ditaruh di tengah. Dilihat dari ukuran dan bentuknya tentu di area lingkaran. Ada semacam kemudi dan pemutar pada alat ini, entah fungsi masing-masing. Setelah kepalanya pecah, otaknya keluar. Organ itu diambil untuk penelitian.
Melihat berbagai alat kedokteran dan kedisiplinan yang diajarkan saat itu, rasanya tidak mengherankan apabila STOVIA mampu menghasilkan pemuda yang berguna bagi bangsa dan negara.
Digabung
Menurut Kepala Museum Kebangkitan Nasional R. Tjahjopurnomo, alat pemecah kepala itu sudah ada sejak lama. Tepatnya sejak adanya empat museum di gedung sekarang. Memang belum banyak diketahui masyarakat kalau sebelum dijadikan museum, pada 1973 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memugar gedung tersebut. Selanjutnya pada 1974 Presiden Suharto meresmikannya menjadi Gedung Kebangkitan Nasional.
Dalam gedung tersebut terdapat empat buah museum yaitu Museum Budi Utomo, Museum Wanita, Museum Pers, dan Museum Kesehatan. Gedung ini juga dimanfaatkan sebagai perkantoran swasta atau yayasan seperti Kantor Yayasan Pembela Tanah Air, Perpustakaan Yayasan Idayu, Yayasan Perintis Kemerdekaan, dan Lembaga Perpustakaan Dokumentasi Indonesia.
Pada 7 Februari 1984 keempat museum digabung menjadi Museum Kebangkitan Nasional dan dikelola Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bangunannya sendiri kemudian ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sehingga memperoleh perlakuan khusus.
Mumpung masih gratis, ayo manfaatkan datang ke Museum Kebangkitan Nasional. Museum ini terletak di Jalan Abdulrahman Saleh 26, Jakarta Pusat. Hanya beberapa meter dari RSPAD Gatot Subroto. Kalau naik bus Transjakarta, turun di halte Atrium atau halte Kwitang, lalu berjalan kaki sekitar 200 meter.***