Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Alat Pres Tutup Botol Itu Sudah Menjadi Benda Antik

23 Agustus 2017   08:58 Diperbarui: 23 Agustus 2017   09:45 3196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara menggunakan alat pres tutup botol (Dokpri)

Dulu nenek saya mempunyai bisnis rumahan membuat kecap. Kecap buatan nenek saya sangat disukai tetangga. Karena bisnis rumahan, produksinya tidak banyak. Mungkin karena ketika itu kecap-kecap buatan pabrik masih belum dikenal.

Seingat saya, nenek mempunyai kuali besar. Bahan bakar masih menggunakan kayu. Satu kuali besar itu mampu menghasilkan sekitar 20 botol kecap. Biasanya nenek membuat kecap hanya memenuhi pesanan.

Setelah nenek meninggal, ibu saya yang meneruskan usaha itu. Saya sering membantu ibu saya menyaring kecap langsung dari kuali ke dalam panci. Meskipun agak panas tapi baunya sedap. Kecap yang sudah disaring itu didiamkan satu hari agar benar-benar dingin.

Dipres

Setelah itu tugas ibu memasukkan kecap yang sudah dingin ke dalam botol. Maklum dikerjakan secara manual, jadi batasnya kira-kira saja. Yang jelas beberapa sentimeter dari mulut botol.

Cara menggunakan alat pres tutup botol (Dokpri)
Cara menggunakan alat pres tutup botol (Dokpri)
Tugas saya memberi tutup lalu dipres. Ketika itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saya menyebut tutup itu perop yaitu logam yang memiliki semacam gerigi dan di dalamnya dilapisi karet. Cukup mudah dan ringan menggunakan alat pres itu.

Setelah selesai, saya dan ibu membawanya ke pemesan. Ibu membawa masing-masing tiga botol di tangan kanan dan kiri. Saya sendiri membawa masing-masing dua botol. Jadi totalnya sepuluh botol.

Setelah generasi ibu, tidak ada lagi yang bisa membuat kecap. Kini dua alat pres yang pernah digunakan ada pada saya. Yang satu agak tinggi dan yang satu agak rendah. Cukup berat kalau diangkat, mungkin lebih dari sepuluh kilogram, apalagi alasnya menggunakan kayu jati. Kalau dihitung-hitung umurnya sudah lebih dari 50 tahun. Jadi sudah termasuk benda cagar budaya atau benda antik.

Oh ya, alat pres itu biasa disebut hand punch bottle cropper atau krop tutup botol magnetik. Alat itu berfungsi untuk menekan lempengan logam pada botol yang sudah diisi kecap sehingga kualitas kecap tetap terjaga dan tidak terjadi kebocoran karena keberadaan segel yang baik. Selain kecap, tentu saja alat tersebut bisa digunakan untuk cairan-cairan lain, seperti minuman dan arak.

Tutup botol logam sebelum dipres (Foto: jualtutupbotol.com)
Tutup botol logam sebelum dipres (Foto: jualtutupbotol.com)
Kecap buatan ibu saya banyak dipuji pembeli. Umumnya mereka harus memesan terlebih dulu. Kalaupun di rumah ada persediaan, paling-paling cuma 1-2 botol.

Ayah saya pernah melakukan eksperimen. Satu botol kecap dipendam di dalam tanah selama setahun. Ternyata masih layak dikonsumsi.

Saat ini kecap hanyalah kenangan keluarga saya. Kalau melihat kedua alat pres tutup botol itu, saya teringat perjuangan hidup keluarga saya. Hidup dan bersekolah karena kecap.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun