Prof. I Made Bandem amat bersemangat ketika berbicara tentang Panji. Ia hadir dalam Seminar Budaya Panji di Museum Wayang, 5 Agustus 2017 lalu. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Â Karena antusias pada cerita Panji, maka anak-anak Bandem pun diberi nama tokoh-tokoh Panji.
Bandem seorang penari terkenal dari Bali. Dalam kesempatan itu, ia unjuk kebolehan memperagakan gerak tarian yang tentu saja berkenaan dengan Panji. Gerakan perempuan berbeda dengan gerakan laki-laki. Suara-suara dalam berbagai karakter pun ia peragakan.
Tentang Panji, menurut Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini, dikategorikan Kidung Roman. Memang Panji berkisah tentang dua sejoli. Yang lelaki Inu Kertapati dan yang perempuan Candrakirana. Karena terdapat di berbagai daerah, kedua nama itu sering disebut berbeda.
Pahlawan Budaya
Dwi Cahyono menganggap Panji adalah pahlawan budaya. Dwi adalah pemilik restoran sekaligus museum di Malang. Menurut Dwi, ia membangun restoran terlebih dulu. Di antara dinding restoran terdapat gambar-gambar Panji. Setelah orang banyak datang dan banyak tanya, ia mendirikan Museum Panji.
Menurut Dwi, pendirian museum dimaksudkan untuk mendukung usulan Cerita Panji sebagai Warisan Dunia kepada UNESCO. Museum Panji dibangun di atas lahan seluas tiga hektar. Pembangunan dimulai sejak 2014 dan diresmikan pada akhir 2016.
Dengan adanya relief pada Candi Jago dan Candi Kidal, Dwi berharap masyarakat, terutama dari mancanegara, bisa belajar Cerita Panji di Malang. Di dalam museum sendiri ada empat panggung yang masing-masing menampilkan kebudayaan Jawa Timur, mulai dari budaya Kerajaan Singasari sampai Majapahit.
Saat ini pengaruh nama Panji sedang diteliti Dwi. Sebagaimana kita tahu, nama-nama segolongan masyarakat memakai nama Raden Panji, misalnya Raden Panji Soeroso.
Ikut berbicara dalam Seminar Budaya Panji itu, Tri Handoyo, pelaku Topeng Malang. Ia merupakan generasi kelima dari topeng kedungmanggo. Menurut Tri, topeng Panji berkembang di Malang sejak 1890. Semula ada 24 kelompok topeng, tapi kini hanya sembilan yang aktif.
Topeng Malang memiliki 76 karakter topeng, terdiri atas tokoh antagonis, tokoh protagonis, tokoh lucu, dan tokoh binatang. Uniknya, dalam wayang topeng tidak ada pembunuhan.
Keemasan Majapahit
Banyak pendapat cerita Panji ditulis sekitar abad ke-14 pada masa keemasan Kerajaan Majapahit. Naskah Pararaton dan Nagarakretagama mengisahkan Raja Hayam Wuruk gemar menari topeng. Ada juga pendapat cerita Panji berasal dari kakawin Smaradahana karya Mpu Dharmaja dari masa Kadiri. Dalam naskah itu diceritakan perkawinan antara Kameswara dari Kadiri dengan Putri Kirana dari Janggala.
Kemungkinan Cerita Panji merupakan revolusi kesusastraan terhadap tradisi India, terlebih kitab Mahabharata dan Ramayana. Kita berharap Oktober 2017 ini Cerita Panji disahkan UNESCO sebagai Ingatan Dunia. India punya Mahabharata dan Ramayana, Indonesia punya Cerita Panji yang mendunia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H