Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Abdul Madjid Menyumbang 150 Keramik Kuno kepada Museum Seni Rupa dan Keramik

6 Agustus 2017   16:41 Diperbarui: 7 Agustus 2017   00:27 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Dr. Tinia Budiati didampingi Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, Esti Utami sedang berbincang dengan Abdul Madjid Naim (Foto: Djulianto Susantio)

Museum Seni Rupa dan Keramik yang merupakan salah satu museum di bawah manajemen Unit Pengelola Museum Seni, mulai 6 Agustus 2017 menyelenggarakan pameran keramik bertajuk "Persembahan Untukmu". Pameran berlangsung hingga 31 Desember 2017, didedikasikan sebagai bentuk apresiasi terhadap keluarga Bapak Abdul Madjid Naim (82 tahun) yang menyumbangkan 150 koleksi keramiknya.  

Secara resmi Bapak Abdul Madjid Naim menyerahkan seluruh koleksi keramiknya kepada Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Esti Utami disaksikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Dr. Tinia Budiati di Museum Seni Rupa dan Keramik dengan penandatanganan berita acara. Turut hadir dalam seremonial sederhana itu beberapa arkeolog, perwakilan Himpunan Keramik Indonesia, Sahabat Keramik, pemerhati sejarah, dan pihak keluarga.

Keramik Tiongkok

Bapak Abdul Madjid Naim senang mengoleksi keramik karena pernah bertugas di Makassar, Buton, dan Jambi. Sayang Bapak Naim tidak paham dengan perkeramikan, jadi ia asal beli. Ia mengoleksi apa pun dan jenis asal keramik. "Meskipun saya pernah menjadi anggota Himpunan Keramik Indonesia, tetapi belum banyak pengetahuan perkeramikan yang saya peroleh," jelas Bapak Naim.

Keramik Vietnam dan Thailand (Foto: Djulianto Susantio)
Keramik Vietnam dan Thailand (Foto: Djulianto Susantio)
Koleksi milik Bapak Abdul Madjid Naim berhasil diidentifikasi oleh ahli keramik dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Prof. (Riset) Naniek Harkantiningsih. Sebagian keramik diketahui berasal dari Tiongkok, antara lain dari Dinasti Yuan (1280-1368). Ciri barang-barang keramik yang dikoleksi berwarna tunggal dengan jenis buli-buli, mangkuk, dan vas.

Ada lagi dari Dinasti Ming (1369-1644). Warna biru putih terbanyak dari koleksi ini. Jenisnya buli-buli, mangkuk, piring, tempat tinta, vas, guci, dan cepuk. Koleksi lain dari Dinasti Qing (1645-1912). Jenis yang dikenal adalah Batavian ware (abad ke-18), berwarna macam-macam; keramik Nonya ware (abad ke-19---20); dan keramik batu atau keramik tapal kuda.

Di luar Tiongkok, koleksi lain berasal dari Vietnam. Pada umumnya keramik Vietnam memiliki banyak kesamaan dengan keramik Tiongkok. Jenis yang dikoleksi antara lain mangkuk, cepuk bertutup, dan tempayan.

Dari kiri Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Dr. Tinia Budiati didampingi Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, Esti Utami sedang berbincang dengan Abdul Madjid Naim (Foto: Djulianto Susantio)
Dari kiri Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Dr. Tinia Budiati didampingi Kepala Museum Seni Rupa dan Keramik, Esti Utami sedang berbincang dengan Abdul Madjid Naim (Foto: Djulianto Susantio)
Bapak Abdul Madjid Naim juga mengoleksi keramik Thailand, keramik Jepang, keramik Eropa, dan keramik Indonesia. Saat ini koleksi keramik sumbangan Bapak Abdul Madjid Naim berada di sisi kanan Museum Seni Rupa dan Keramik di lantai 1.

Semoga apa yang dilakukan Bapak Abdul Madjid Naim menular pada masyarakat lain. Daripada koleksi dinikmati sendiri, tentu lebih baik bisa diakses secara luas oleh masyarakat.***  

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun