Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prasasti Kuno Diapit Dua Pohon karena Berada di Pekarangan Warga

31 Juli 2017   07:37 Diperbarui: 31 Juli 2017   08:28 4581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembersihan Prasasti Kedungsingkil (Foto: Novia Parma)

Minggu malam sejumlah anggota komunitas mem-posting foto di jejaring sosial Facebook. Foto itu memperlihatkan sebuah prasasti batu yang diapit dua pohon. Tampak dua orang sedang membersihkan prasasti dengan air yang dikucurkan dari botol air mineral. Yang satu coba membaca. Tapi karena waktu sudah sore, pembacaan mengalami kendala.

Prasasti Kedungsingkil, demikian namanya. Terbuat dari batu dan berukuran cukup tinggi. Sejak awal prasasti tersebut berada di lokasi. Tidak pernah dipindahkan karena berat. Sekarang berada di pekarangan warga dan diapit dua pohon. Bisa saja terjadi, akar-akar pohon itu akan merebahkan prasasti.

Karena terletak di alam terbuka, kondisi prasasti sangat mengkhawatirkan. Banyak aksara sudah sangat tipis bahkan tidak bisa dibaca lagi. Jelas perlu dibuatkan gubuk atau apa pun namanya agar prasasti tersebut terlindung dari panas, hujan, dan angin. Juga dari tangan-tangan manusia yang ingin memegang prasasti.

Prasasti Kedungsingkil terletak di Dusun Kedungsingkil, Desa Karangrejo, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Saat ini hanya beberapa aksara yang terbaca.

Kunjungan situs

Minggu sore itu beberapa anggota komunitas Asta Gayatri sehabis mengikuti pembelajaran aksara Jawa Kuno di Gua Selomangleng melakukan kunjungan situs. Lokasi Prasasti Kedungsingkil memang tidak jauh dari Gua Selomangleng. Kunjungan situs dipimpin oleh Aang Pambudi Nugroho yang menjadi inisiator pembelajaran aksara Jawa Kuno.

Prasasti Kedungsingkil diapit pohon (Foto: Widjatmiko)
Prasasti Kedungsingkil diapit pohon (Foto: Widjatmiko)
Widjatmiko, yang senang blusukan, juga pernah mengunjungi prasasti itu. Sejak kunjungan Miko pada 2014, kondisi prasasti itu masih tetap sama. Miko bercerita, ia pernah mendengar prasasti itu mau diboyong ke Museum Wajakensis di Tulungagung. Namun anak pemilik lahan tidak memberi izin. "Kalau tidak boleh dibawa, seharusnya ia merawat atau membuatkan cungkup," kata Miko.

Jelas sungguh merana nasib Prasasti Kedungsingkil. Berada di belakang pekarangan warga dan bersebelahan dengan kandang sapi. Dikhawatirkan kalau tidak segera diselamatkan, aksara prasasti lama-kelamaan akan hilang karena terkikis air hujan. Atau mungkin dimakan jamur dan lumut.

Kita harapkan pemerintah setempat segera memberikan perhatian agar sepenggal kisah yang ada di prasasti itu tidak hilang. Apalagi di sekitar prasasti terdapat beberapa kekunoan berupa umpak, bata, dan lumpang. Semuanya juga berada di pekarangan warga.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun