Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Uang Kertas Satu Sen Seri Sukarelawan 1964 Masuk "Guiness Book of World Records"

14 Juni 2017   07:56 Diperbarui: 14 Juni 2017   15:15 6641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nomor seri pada uang kertas satu sen seri Sukarelawan, 1964 (Dokpri)

Di negara kita, sebelum dan setelah kemerdekaan 1945, pernah beredar berjenis-jenis uang kertas. Bagi saya, yang paling menarik adalah uang kertas yang bernominal satu sen. Dikatakan menarik, karena sepanjang pengetahuan saya, umumnya nominal terkecil sen dicetak dalam bentuk uang logam (koin). Nilai-nilai di atasnya baru dicetak dalam bentuk uang kertas.

Sepengetahuan saya pula, uang kertas bernominal satu sen pertama kali diterbitkan pada masa pendudukan Jepang (1942). Pada uang ini terdapat tulisan berbahasa Belanda De Japansche Regeering. Maklum Belanda memang lama menguasai Nusantara. Jelas maksud pengeluaran uang kertas ini agar masyarakat paham adanya jenis uang baru yang berbeda dari sebelumnya.

Nilainya pun ditulis dalam bahasa Belanda, Een Cent. Ukuran uang kertas 95 milimeter x 45 milimeter. Cukup kecil dibandingkan uang kertas yang beredar pada masa sekarang.

Uang kertas satu sen masa pendudukan Jepang (Dokpri)
Uang kertas satu sen masa pendudukan Jepang (Dokpri)
Uang kertas Een Cent dicetak oleh Djakarta Insiatsu Kodjo. Sebagaimana uang-uang darurat, uang ini dicetak amat sederhana. Boleh dibilang monokrom atau satu warna.

Uang satu sen ini memiliki tanda unik berupa nomor seri yang menggunakan awalan huruf 'S'. Ada dua variasi nomor seri, yakni dua huruf (SA-SZ) dan huruf pecahan. Yang unik, uang ini tidak memiliki tanda tangan dari otoritas yang mengeluarkan uang.

ORI

Salah satu ciri negara merdeka adalah memiliki mata uang sendiri. Begitu pun Indonesia tentunya. ORI (Oeang Republik Indonesia) merupakan emisi pertama yang dikeluarkan pascakemerdekaan 17 Agustus 1945. ORI seri I bertanggal 17 Oktober 1945. Namun pada kenyataannya uang ini beredar jauh sesudahnya. Yah kita maklumi karena kondisi perang pada saat itu.

Uang kertas satu sen seri ORI (Dokpri)
Uang kertas satu sen seri ORI (Dokpri)
Seri pertama ORI mempunyai delapan pecahan dengan banyak sekali variasi bentuk dan nomor seri. Semua pecahan ditandatangani oleh Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis. ORI tidak mempunyai pengaman yang baik sehingga mudah sekali dipalsukan.

ORI dicetak oleh Percetakan Canisius. Khusus uang satu sen memiliki ciri keris terhunus di bagian muka dan teks undang-undang di sisi satu lagi. Ukuran uang 97 milimeter x 45 milimeter.

Pecahan satu sen tidak memiliki nomor seri. Tercatat ada dua variasi pada pecahan ini dengan cetakan dasar warna violet dan cetakan dasar warna hijau.

Seri Sukarelawan

Pada masa berikutnya pemerintah masih menerbitkan uang kertas nominal satu sen. Kali ini menjadi bagian seri Sukarelawan atau Dwikora (1964).  Pada seri itu ada lima nominal yang diterbitkan, yakni 1, 5, 10, 25, dan 50 sen.

Pada uang kertas nominal satu sen terdapat gambar petani. Uang ini berukuran 104 milimeter x 52 milimeter dengan penanda tangan Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto. Pencetaknya P.N. Pertjetakan Kebajoran, Imp. Terdapat satu jenis nomor seri pada pecahan ini, berupa tiga huruf dan enam angka.

Nomor seri pada uang kertas satu sen seri Sukarelawan, 1964 (Dokpri)
Nomor seri pada uang kertas satu sen seri Sukarelawan, 1964 (Dokpri)
Pecahan satu sen seri Sukarelawan tercatat dalam Guiness Book of World Records sebagai uang kertas bernilai terkecil di dunia. Menurut data dari buku Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990, pada 1964 itu kurs 1 dollar AS  terhadap rupiah adalah Rp5.000,00 dan harga emas 24 karat Rp7.500,00 per gram. Bayangkan untuk menukar satu dollar AS saja dibutuhkan 5.000 x 100 = 500.000 lembar uang satu sen. Atau untuk membeli satu gram emas dibutuhkan 750.000 lembar uang satu sen. Betapa tebal kan.

Sekadar info, menurut buku tadi, pada 1947 kurs 1 dollar AS adalah Rp17,00 dan harga satu gram emas Rp27,75. Masa sebelum itu tidak tercatat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun