Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bowo, Doktor Arkeologi UI Termuda, Peneliti Kapal Kuno di Perairan Karimunjawa

3 Mei 2017   17:18 Diperbarui: 4 Mei 2017   05:48 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bowo bersama promotor dan penguji (Foto: Djulianto Susantio)

Tepuk tangan bergemuruh di Gedung IV FIB UI, Depok, Rabu, 3 Mei 2017, ketika Ketua Sidang Prof. Dr. Susanto Zuhdi mengumumkan St. Prabawa Dwi Putranto, lulus dengan predikat sangat memuaskan. Bowo, demikian panggilan akrabnya, merupakan lulusan pertama Program Doktor Arkeologi FIB UI tahun 2017.

Ia membuat disertasi berjudul Model Manajemen Sumber Daya Budaya Bawah Air di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Bertindak sebagai promotor Prof. Dr. Agus Aris Munandar dengan ko-promotor Dr. Supratikno Rahardjo. Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, Dr. Wiwin Djuwita Ramelan, Dr. Ninie Susanti Tejowasono, dan Dr. Karina Arifin.

Menurut Bowo di awal disertasinya, bangsa Indonesia berkembang di wilayah kepulauan di garis khatulistiwa. Kontak budaya dan sejarah yang panjang telah banyak meninggalkan warisan budaya, yang sebagian besar terpendam di dalam ranah dan tenggelam di dasar laut. Di perairan Kepulauan Karimunjawa sendiri telah teridentifikasi sebanyak sepuluh situs, yakni Situs Geleang, Situs Menyawakan, Situs Kumbang, Situs Parang, Situs Indonor, Situs Genteng, Situs Seruni, Situs Genting, Situs Kapal Mati, dan Situs Pulau Nyamuk.

Termuda

Bowo lahir 26 Desember 1980. Ia masuk Jurusan Arkeologi UI tahun 2000. Tahun 2005 ia lulus dengan skripsi Candi Ngentos, Tinjauan Arsitektur, Kronologi, dan Latar Belakang Keagamaan.Dari banyak doktor arkeologi, Bowo termasuk salah satu lulusan termuda, yakni dalam usia 37 tahun. Umumnya pencapaian doktor arkeologi Indonesia pada usia di atas 40 tahun.

St. Prabawa Dwi Putranto atau Bowo (Foto: Djulianto Susantio)
St. Prabawa Dwi Putranto atau Bowo (Foto: Djulianto Susantio)
Promotor Prof. Dr. Agus Aris Munandar, pembimbing skripsi Bowo, selanjutnya membuat catatan kenangan sekaligus nasihat untuk Bowo. Bagaimana ketika itu Prof. Dr. Agus menjadi sopir untuk menemani Bowo jalan-jalan ke candi-candi di sekitar Candi Ngentos. Bagaimana pula Bowo bertemu dengan adik kelasnya di Jurusan Arkeologi UI, yang sekarang menjadi isterinya.

Saat ini Bowo menjadi staf di Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Sebelumnya ia staf di Direktorat Peninggalan Bawah Air, Direktorat Cagar Budaya Bawah Air dan Masa Kolonial, serta Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya. Semuanya di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.***   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun