Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Batu Bata Bekas Majapahit Dirusak, Indonesia Butuh Arkeolog Partikelir yang Idealis

10 April 2017   12:37 Diperbarui: 11 April 2017   00:30 1816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Struktur bata kuno dari masa Kerajaan Majapahit yang akan dinaikkan ke atas truk (Foto: Deni Indianto)

Yang saya sesalkan, mengapa banyak arkeolog yang justru berpendidikan tinggi hingga master atau doktor, enggan menulis. Kelemahan para arkeolog memang tidak bisa menulis populer. Jangankan itu, menulis ilmiah di jurnal internal atau jurnal internasional saja menjadi kendala. Dan lagi, sudah digaji oleh negara saja tidak mau berbuat banyak.

Sekali lagi sungguh beruntung, kita punya beberapa arkeolog idealis. Meskipun hidup morat-marit dan tidak digaji negara, masih mau memajukan dunia arkeologi. Tentu lewat bidang yang mereka bisa.

Sebenarnya saya sudah bosan menulis dan ngeblog. Tapi ironisnya, karena kurang perhatian dari pemerintah, maka kader-kader arkeologi muda enggan mengikuti jejak saya. Nggak ada duitnya, begitu kata mereka. Jadinya sampai kini tidak ada regenerasi.

Seharusnya semua bagian dari bidang arkeologi dianggap penting karena merupakan sistem: pendidikan, penelitian, pelestarian, kajian, penulisan, dan blusukan. Sayang dua terakhir, penulisan dan blusukan, terabaikan dalam perhatian.

Banyak komunitas peduli sejarah dan budaya dalam blusukan hampir selalu membersihkan situs atau benda-benda yang berlumut. Bahkan bernegosiasi dengan masyarakat, memasang papan petunjuk, dan lain-lain dengan biaya sendiri atau istilah mereka bantingan (patungan). Yah sungguh beruntung kalau banyak arkeolog partikelir yang idealis. Kita butuh itu.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun