Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wajah Ki Hajar Dewantara Diabadikan pada Uang dan Prangko

31 Maret 2017   19:50 Diperbarui: 1 April 2017   18:00 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemakalah Bambang Purwanto (kiri) dan Djoko Marihandono (kanan) / Foto-foto: Djulianto Susantio

Pemakalah Yuda B. Tangkilisan (kiri) dan Bambang Widodo (kanan) / Foto-foto: Djulianto Susantio
Pemakalah Yuda B. Tangkilisan (kiri) dan Bambang Widodo (kanan) / Foto-foto: Djulianto Susantio
Pada 3 Februari 1928 Suwardi Suryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Namanya tentu saja memiliki makna. Hadjar atau Hajar menurut EYD berasal dari kata ajar, berarti mendidik; Dewan = utusan; dan tara = tak tertandingi. Jadi makna Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme.

Saya mencatat dari makalah Djoko Marihandono, ada tujuh prinsip dari lembaga pendidikan Taman Siswa, yakni hak menentukan nasib sendiri, siswa yang mandiri, pendidikan yang mencerahkan masyarakat, pendidikan harus mencakup wilayah yang luas, perjuangan menuntut kemandirian, sistem ketahanan diri, dan pendidikan anak-anak. Sementara lembaga yang berwenang dalam Taman Siswa terdiri atas Rapat Besar Umum, Rapat Besar, Pemimpin Umum dan Hak Leluasa, Majelis Luhur, dan Majelis Cabang.

Tanda Jasa

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Hari kelahirannya kemudian diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Mengingat kiprahnya di dunia pendidikan dan politik begitu banyak, Ki Hajar berkali-kali memperoleh penghargaan dan tanda jasa. Antara lain diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional, Perintis Kemerdekaan, dan Pahlawan Nasional. Ki Hajar meninggal pada 26 April 1959.

Nama Ki Hajar Dewantara diabadikan untuk nama gedung dan nama jalan. Wajah Ki Hajar sendiri pernah terpampang pada mata uang dan perangko. Sementara bekas rumahnya menjadi Museum Dewantara Kirti Griya. Lain dari itu, banyak semboyan yang diciptakan Ki Hajar masih dikenal hingga kini. Yang paling dikenal Tutwuri Handayani, selanjutnya Bibit, Bebet, Bobot dan Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun