Memasuki masa Hindu-Buddha (abad ke-5 hingga ke-15 Masehi), seni musik terus mengalami perkembangan, baik dari segi keanekaragaman alat musik maupun fungsi dari musik itu sendiri. Pada masa ini seni terbagi dua, yaitu kesenian yang berkembang di dalam tradisi sistem kerajaan (istana) dan kesenian yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Hubungan perdagangan dengan India dan Tiongkok, secara tidak langsung juga mempengaruhi jenis musik dan alat musik yang berkembang pada masa itu. Tinggalan arkeologis dari masa Hindu-Buddha yang berkaitan dengan seni musik banyak dijumpai, misalnya gong, kenong, simbal, genta, kentongan, dan kemanak. Pada Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan pemandian Jalatunda di Jawa Timur, misalnya, dijumpai relief yang menggambarkan orang yang sedang memainkan alat musik, seperti gendang, seruling, dan lute (sejenis gitar). Beberapa relief candi juga menggambarkan Kinnara, yaitu makhluk surga yang menyanyi sambil bermain musik untuk menghibur para dewa.
Penggambaran penggunaan alat musik masa Hindu-Buddha juga ditemukan pada arca perunggu dari Surocolo (Jawa Tengah). Arca Vamsa yang berupa seorang dewi, digambarkan sedang bermain seruling; arca Mukunda yang menggambarkan seorang dewi, sedang menabuh gendang berbentuk jam pasir (hourglass); arca Murajayang menggambarkan seorang dewi, sedang menabuh tiga gendang kecil (mirip tabla); dan arca Vajragiti atau Saraswatiyang menggambarkan seorang dewi, sedang memainkan harpa.
Referensi:
Jaap Kunst. Hindu-Javanese Musical Instruments. The Hague: Martinus Nijhoff, 1968.
Katalog Pameran Keragaman Alat Musik Tradisional Nusantara "Harmoni Nusantara", Museum Nasional, 2010.