Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dulu, Seni Musik Bukan Hiburan, Melainkan Ritual Agama dan Perang

7 Maret 2017   07:21 Diperbarui: 8 Maret 2017   02:00 2945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nekara perunggu dari NTB (Koleksi Museum Nasional)

Memasuki masa Hindu-Buddha (abad ke-5 hingga ke-15 Masehi), seni musik terus mengalami perkembangan, baik dari segi keanekaragaman alat musik maupun fungsi dari musik itu sendiri.  Pada masa ini seni terbagi dua, yaitu kesenian yang berkembang di dalam tradisi sistem kerajaan (istana) dan kesenian yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.  

Hubungan perdagangan dengan India dan Tiongkok, secara tidak langsung juga mempengaruhi jenis musik dan alat musik yang berkembang pada masa itu.  Tinggalan arkeologis dari masa Hindu-Buddha yang berkaitan dengan seni musik banyak dijumpai, misalnya gong, kenong, simbal, genta, kentongan, dan kemanak. Pada Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan pemandian Jalatunda di Jawa Timur, misalnya, dijumpai relief yang menggambarkan orang yang sedang memainkan alat musik, seperti gendang, seruling, dan lute (sejenis gitar). Beberapa relief candi juga menggambarkan  Kinnara, yaitu makhluk surga yang menyanyi sambil bermain musik untuk menghibur para dewa.

Arca dan prasasti

Penggambaran penggunaan alat musik masa Hindu-Buddha juga ditemukan pada arca perunggu dari Surocolo (Jawa Tengah). Arca Vamsa yang berupa seorang dewi, digambarkan sedang bermain seruling; arca Mukunda yang menggambarkan seorang dewi, sedang menabuh gendang berbentuk jam pasir (hourglass); arca Murajayang menggambarkan seorang dewi, sedang menabuh tiga gendang kecil (mirip tabla); dan   arca Vajragiti atau Saraswatiyang menggambarkan seorang dewi,  sedang memainkan harpa.   

Arca Wajragiti dari Jawa Timur sedang memainkan harpa (Koleksi Museum Nasional)
Arca Wajragiti dari Jawa Timur sedang memainkan harpa (Koleksi Museum Nasional)
Sumber sejarah lain yang menyebutkan adanya musik dan instrumen adalah prasasti, antara lain prasasti Kuburan CandiatauKamalagi (753 Saka = 831 Masehi), prasastiTulang Er (772 Saka atau 850 Masehi), dan prasastiKwak I atau Ngabean(801 Saka atau 879 Masehi). Juga dari berbagai  karya sastra kuna, seperti Hariwangça (1072 Saka atau 1150 Masehi), Bhāratayuddha(1079 Saka atau 1157 Masehi), Smaradahana (1132 Saka atau 1210 Masehi), dan Nagarakrtagama (1287 Saka atau 1365 Masehi).***

Referensi:

Jaap Kunst. Hindu-Javanese Musical Instruments. The Hague: Martinus Nijhoff, 1968. 

Katalog Pameran Keragaman Alat Musik Tradisional Nusantara "Harmoni Nusantara", Museum Nasional, 2010.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun