Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Asal Usul "Bhinneka Tunggal Ika" dan Bendera Merah Putih!

25 November 2016   05:16 Diperbarui: 26 November 2016   03:44 4367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://rikiyudha.web.ugm.ac.id/

Nama bhayangkari mulai mencuat ketika beberapa pengalasan wineh (pengawas yang diistimewakan) merasa tidak puas dengan penobatan Raja Jayanegara. Oleh karena itu, menurut naskah kuno Pararaton, mereka berkomplot untuk menggulingkan sang raja.

Pimpinan bhayangkari yang paling terkenal adalah Gajah Mada. Dia berhasil menumpas beberapa pemberontakan di Kerajaan Majapahit. Adanya pasukan bhayangkari pula yang menyebabkan kerajaan Majapahit mampu meluaskan ekspansinya ke luar Jawa hingga ke mancanegara. Karena prestasinya itu, Gajah Mada kemudian dinaikkan jabatannya menjadi Mahapatih.

Tindakan yang pertama kali dilakukan Gajah Mada sejak menjadi mahapatih adalah memperkuat angkatan perang kerajaan, baik di daratan maupun di lautan. Selain itu, untuk memajukan kesejahteraan negara, Gajah Mada membentuk jawatan-jawatan yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya Jawatan Pekerjaan Umum yang bertugas memelihara dan membangun candi, keraton, dan gedung pemerintah serta Jawatan Pengadilan untuk benar-benar menegakkan supremasi hukum.

Bendera

Bila ditelusuri, bendera merah putih yang kita kenal sekarang, sebenarnya juga merupakan warisan dari Kerajaan Majapahit. Sebuah prasasti bertarikh 1294 M menyebutkan bahwa bendera merah putih pernah dikibarkan pada 1292 oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan Singhasari.

Menurut kitab Nagarakretagama (ditulis tahun 1365), warna merah putih selalu digunakan dalam upacara hari kebesaran raja Hayam Wuruk (1350-1389). Konon, warna merah identik dengan buah maja yang kemudian menjadi asal nama kerajaan Majapahit. Sedangkan warna putih identik dengan buah kelapa yang berisi air kehidupan. Merah merefleksikan darah, sementara putih mewakili tulang. Di Kerajaan Majapahit merah dan putih adalah warna yang dimuliakan.

Warisan-warisan Majapahit itu tentu saja merupakan kenangan buat kita yang hidup jauh dari masa lalu. Buah maja memang pahit. Namun lebih pahit bila kita sendiri generasi sekarang yang merusak warisan-warisan berharga itu.

Yang tragis, sebenarnya destruksi secara besar-besaran sudah lama terjadi di situs Trowulan. Dulu bahkan sampai sekarang pun demi menyambung hidup, penduduk setempat masih menggerusi bata-bata kuno menjadi semen merah. Paling kurang destruksi besar-besaran itu mulai berlangsung pada 1960-an.

Dampak dari industri semen merah yang tidak terkontrol itu adalah melenyapkan banyak bangunan kuno. Dampak lain adalah banyak bangunan kuno tidak bisa dipugar lagi karena sisa-sisa yang ada tidak mampu mendukung kegiatan itu. Sejak lama banyak penduduk lokal juga sering menjadikan situs Trowulan sebagai ladang perburuan benda-benda antik. Benda-benda ini kemudian mereka jual kepada para penadah.

Situs Trowulan sampai kini masih merupakan satu-satunya situs perkotaan yang paling lengkap di Indonesia.***

Penulis: Djulianto Susantio 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun