Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kendala Terbesar, Situs Kuno Trowulan Berada di Permukiman Aktif Masa Kini

21 Oktober 2016   18:51 Diperbarui: 21 Oktober 2016   18:57 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai temuan arkeologis dari situs Trowulan (Dok. Yusmaini)

Museum Nasional bukan sekadar tempat memamerkan koleksi benda-benda kuno. Lebih dari itu, Museum Nasional menjadi lembaga yang menjembatani masyarakat untuk mengenal kembali kebudayaan atau peradaban nenek moyang kita. Maka pada Kamis, 20 Oktober 2016 lalu, Museum Nasional menyelenggarakan ceramah ilmiah “Mengenal Situs Trowulan di Mojokerto, Masa Pra Majapahit hingga Masa Kerajaan Majapahit”. Pembicara dalam kegiatan itu adalah Yusmaini Eriawati, arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Ceramah ilmiah dihadiri sejumlah undangan dari kalangan akademisi, museum, dan masyarakat umum.

Mendengar nama Trowulan pasti kita menghubungkannya dengan Kerajaan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur. Memang Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan besar di Indonesia. Kerajaan ini muncul pada abad ke-13, mencapai puncak kebesaran dan keemasan pada abad ke-14, yaitu pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan akhirnya lenyap di abad ke-16 awal, masa pemerintahan Dinasti Girindrawardhana.

Ceramah ilmiah situs Trowulan (Dok. Yusmaini)
Ceramah ilmiah situs Trowulan (Dok. Yusmaini)
Kehadiran sampai dengan lenyapnya kerajaan ini, banyak meninggalkan bukti-bukti sejarah yang bersifat tekstual dan artefaktual. Sebelum pakar Indonesia naik panggung, penelitian di Trowulan dan sekitarnya banyak dilakukan sarjana Barat seperti Pigeaud (1960). Menurut Yusmaini, Pigeaud menggambarkan kehidupan di Majapahit berdasarkan Kitab Nagarakrtagama, seperti penggolongan masyarakat yang terdiri atas empat kelompok, yaitu kelompok penguasa, kelompok pejabat keagamaan, rakyat biasa, dan para abdi dalem.

Sejarawan Sartono Kartodirdjo (1982) juga ikut meneliti. Ia mengatakan bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan agraris yang semi komersial, yang berbasis sosial ekonomi bergantung kepada pertanian dan perdagangan yang dilakukan di kota-kota utara Jawa Timur. Arsitek Parmono Atmadi (1993) mengkaji aspek arsitektur terhadap tinggalan kepurbakalaan Majapahit, baik yang bersifat monumen maupun lansekap (tata ruang). 

Arkeolog Soekmono (1993) menguraikan tentang kejayaan dan dinamika kerajaan Majapahit melalui berbagai tinggalan purbakala, antara lain berbagai bangunan candi pada masa Majapahit yang tersebar di Jawa Timur. Nah, kajian dari berbagai disiplin ilmu menandakan sisa-sisa kejayaan Majapahit menarik diteliti.

Trowulan

Situs peninggalan Majapahit yang sampai saat ini dikenal, baik masyarakat akademis maupun umum, adalah situs Trowulan.  Sejak Wardenaar, yang ditugaskan oleh Sir Thomas Raffles untuk mengamati peninggalan purbakala yang ada di Mojokerto, pada 1815 ia berhasil membuat dokumen berupa gambar-gambar beserta keterangannya. Sejak itu dorongan untuk meneliti situs ini semakin besar, bahkan hingga sekarang. Salah satu hasil penelitian yang menonjol adalah bahwa kepurbakalaan tersebut dihubungkan secara sangat erat dengan Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu terakhir di Jawa yang berkembang dari 1293 hingga 1478. Secara khusus, berbagai tinggalan yang tersebar menunjukkan bahwa Trowulan merupakan kota kuna. Kegiatan arkeologis, seperti konservasi, juga terus dilakukan.

Berbagai kalangan antusias mengikuti ceramah ilmiah (Dok. Yusmaini)
Berbagai kalangan antusias mengikuti ceramah ilmiah (Dok. Yusmaini)
Berdasarkan sebaran tinggalan arkeologis, luas Situs Kota Kuno Trowulan sekitar 9 km x 11 km, meliputi beberapa desa dan kecamatan di wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Penelitian di situs Trowulan dilakukan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional sejak 1976. Menurut Yusmaini, petunjuk bahwa Trowulan merupakan kota kuno diperoleh dari bangunan atau struktur bangunan, termasuk yang kini tinggal data tertulis.

Trowulan dibagi ke dalam beberapa sektor. Yusmaini sendiri meneliti di Sektor Sentonorejo. Alasan dia,  tinggalan struktur sisa bangunan yang merupakan atribut dari sisa permukiman masih banyak terlihat jelas di Sektor Sentonorejo, yaitu Sentonorejo I:  Lantai Segi Enam I, Sentonorejo II: Umpak Segi Delapan,  Sentonorejo III: Lantai Segi Enam II, Sentonorejo IVa: Kompleks Sumur Upas,  Sentonorejo IVb: Candi Kedaton (I dan II); serta ribuan artefak berupa fragmen terakota, tembikar, keramik, figurin terakota, pipisan, lumpang, umpak batu, dan lain-lain.  

Hasil penelitian

Hasil penelitian tinggalan sisa permukiman “bekas kota Majapahit” di Situs Trowulan berupa struktur bangunan, dipilah-pilah ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan keletakan dan kedekatan situs.   Secara makro, kata Yusmaini, dapat dikatakan bahwa area Sentonorejo memiliki kompleksitas struktur bangunan yang bervariasi. Dari segi bentuk sisa bangunan serta ukuran bangunan yang ada,  menunjukkan bahwa Sentonorejo mempunyai kedudukan yang cukup istimewa, seperti adanya temuan sisa-sisa bangunan lantai segi enam yang menempati ruang ukuran cukup luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun