
Ternyata uang itu dikeluarkan oleh Asosiasi Jutawan Internasional, bukan oleh Bank Sentral AS. Pencetakannya dimaksudkan sebagai cenderamata untuk kalangan numismatik internasional. Uang itu disebut Uang Impian atau Uang Fantasi. Ciri utamanya adalah tulisan Non-Negotiable (tidak dapat dipertukarkan) dan “sertifikat impian orang-orang AS” yang menonjol.
Di beberapa daerah, uang itu pernah digunakan untuk memperdayai orang. Misalnya mengajak tukar dengan kurs sangat rendah. Setelah si korban mendatangi bank, ternyata uangnya tidak laku. Sebagai benda koleksi, pada 1990-an uang fantasi itu berharga jual sekitar Rp20.000.
Seperti halnya uang fantasi, pada 1990-an uang-uang kertas dari beberapa negara Amerika Latin (Amerika Selatan), utamanya Brasil, juga sering dipakai untuk memperdayai orang. Masyarakat sering diiming-imingi dengan kurs tukar yang setara dengan dollar AS. Tumpukan uang Brasil malah pernah dipamerkan oleh seorang mantan tentara dari Cileungsi sebagai “harta karun Bung Karno” pada 2003 lalu.

Bersamaan dengan uang Brasil, “harta karun Bung Karno” lainnya adalah uang kertas Yugoslavia bernominal 5 miliar dan 10 miliar dinara. Uang itu dikeluarkan pada 1993, sebagaimana tertera pada salah satu sisi. Ketika itu Yugoslavia dicabik-cabik perang saudara. Akibatnya inflasi berlangsung terus-menerus sehingga nilai uang menjadi sangat kecil.
Dunia tipu-menipu di Indonesia pernah mengenal uang jenis lain, yakni ‘uang hitam’. Era kejadiannya sekitar 1990-an juga. Para pelaku adalah orang-orang Afrika yang berkunjung ke Indonesia. Modusnya adalah menukarkan ‘uang hitam’ itu dengan uang rupiah sungguhan. Mereka mengiming-imingi, sesampainya di rumah ‘uang hitam’ tersebut akan berubah menjadi dollar AS.
Memang banyak cara untuk memperdayai masyarakat, terutama yang ingin kaya secara cepat. Untuk itu kita harus waspada, memakai nalar dan logika sebaik mungkin. Jangan sampai terpedaya atau tertipu oleh kehebatan memakai spiritual dan agama. Semua harus dengan kerja keras dan kerja cerdas, bukan oleh hal-hal irrasional.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI