Mohon tunggu...
Joko Sulistyo
Joko Sulistyo Mohon Tunggu... -

lahir di magelang, besar dikota yang sama. saya seorang pelupa . bahkan saya tak ingat pernah bermimpi ingin jadi apa. seingat saya, dulu pernah saya bermimpi jadi tukang foto keliling (satu-satunya mimpi saya sewaktu kecil, terinspirasi oleh seorang tetangga yang berprofesi sama) tapi gagal, sejak itu, saya merasa menjadi sahabat baik bagi kegagalan dan penolakan. tapi tak apalah, itu artinya saya dimaklumi sama Tuhan kalo saya belajar terus tanpa pernah lulus.. makasi Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Canyoning, Cara Baru Menikmati Air Terjun

13 Juni 2010   17:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_166174" align="alignnone" width="400" caption="Canyoning memerlukan kerja tim yang solid"][/caption]

Musim penghujan mungkin menjadi halangan bagi sebagian orang untuk beraktivitas. Tak terkecuali para pegiat alam bebas. Penjelajahan alam, panjat tebing, pendakian gunung, camping dan berbagai olahraga alam bebas lainnya memasukkan hambatan cuaca kedalam pertimbangan persiapan bagi pelakunya. Tapi itu tidak berlaku pada olahraga canyoning. Canyoning, adalah jenis olahraga alam yang belum begitu populer di Indonesia ini justru semarak dilakukan saat musim penghujan. Sepintas, canyoning mirip dengan panjat tebing, hanya saja, olahraga yang di Amerika Serikat dikenal dengan Canyoneering ini dilakukan dibawah derasnya guyuran air terjun. Musim penghujan sengaja dipilih untuk memanjat, karena debit air terjun yang melimpah. “Tantangannya justru terletak pada hambatan derasnya air terjun” menurut Tri Hartanto (23), salah seorang pehobi canyoning asal Yogyakarta.

Canyoning merupakan jenis olahraga yang relatif baru dan belum populer di Indonesia. “Di Jogja belum banyak pegiatnya” ujarnya ujar Tri. “Bahkan di Indonesia, federasinya saja belum ada” lanjut pemuda yang akrab dipanggil Teklek dikalangan Mahasiswa Pecinta Alam di Yogyakarta ini.

Meski baru dikenal, Teklek optimis canyoning akan memiliki banyak pegiat. Karena, canyoning merupakan tantangan tingkat lanjut bagi pegiat susur gua dan panjat tebing. Dari segi teknik, canyoning banyak menggunakan teknik dasar panjat. Salah satu yang paling mutlak untuk dikuasai, menurut Anton Yusnadi (22), salah satu rekan Teklek memanjat adalah teknik satu tali atau single rope technic (SRT). Tapi teknik panjat saja belum cukup, kedepannya, beberapa pegiat conyoning yakin masih akan ada perkembangan teknik. “Karena masih baru, belum banyak variasi teknik yang dapat dicoba” ungkap Miqdarul Akmal (23) pegiat lainnya.”Kedepan, variasi teknik pasti akan bertambah” imbuh Miqdarul menerangkan.

Selain teknik, bagi Teklek sebuah olahraga harus memiliki prosedur keamanan. Tak terkecuali canyoning. Dalam panjat air ini standar keamanan mutlak dijamin oleh alat. Meski begitu, tak perlu benar menyediakan alat khusus untuk canyoning. Pasalnya, perlengkapan yang dibutuhkan untuk olahraga inipun tak jauh berbeda dengan perlengkapan untuk olahraga susur gua (caving) dan panjat (climbing). Seperti piranti wajib untuk keperluan caving seperti tali prusik, carabiner, carmantel, helm keselamatan, wearpack, dan sepatu keselamatan, canyoning hanya memerlukan wearpack dan sepatu khusus. “Hanya pakaian yang membedakan” ungkap Teklek. “Idealnya, pakaian yang digunakan berbahan mirip dengan pakaian selam” katanya. “Sepatu juga harus yang tidak menampung air, seperti boot, tapi aman dari benturan batu” imbuhnya.

Sependapat dengan Teklek, keselamatan dan persiapan fisik harus diutamakan dalam canyoning. “Beban jatuhnya air dikepala sangat terasa, jadi mesti benar-benar aman dan siap fisik” ujar Anton. Untuk menggeluti canyoning, menurut Anton, yang paling dibutuhkan hanyalah keinginan yang kuat dan rela berbasah-basahan.

[caption id="attachment_166178" align="alignnone" width="400" caption="dibutuhkan fisik dan persiapan yang prima untuk melakukan olah raga seperti ini (foto dok.Kapakata)"][/caption]

Canyoning cukup kaya akan variasi dan rekreatif. Teklek yang sehari-hari adalah ketua Mapala Kapakata Instiper Yogyakarta ini bahkan mengundang kompasianer untuk merasakan sendiri, baru-baru ini. Tak salah memang, gabungan antara tracking, climbing dan camping ini memang cukup mengasyikkan untuk dijadikan hobi baru. Selama tiga hari, tim beranggotakan 8 personil dari Mapala Kapakata melakukan camping disekitar air terjun Kedung Slempret, Playen, Wonosari, Yogyakarta. Lokasi pemanjatan harus dicapai dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak melintasi persawahan. Suguhan panorama keindahan perbukitan kars lengkap dengan sungai dan hutan jati memberikan suasana damai sepanjang perjalanan. Setelah sekitar 30 menit perjalanan, tim telah memasuki komplek Kedung Slampret. Sebuah areal tanah datar pada punggungan bukit yang menaungi sungai Oya. Diapit oleh barisan perbukitan nan curam, lokasi terpencil ini memiliki dua air terjun berketinggian sekitar 20 meter yang menunggu untuk di turuni.

[caption id="attachment_166190" align="alignnone" width="400" caption="canyoning dapat divariasikan dengan camping komplit dengan bakar ikan (foto dok Kapakata)"][/caption]

Kedung Slampret hanyalah salah satu arena canyoning di Yogyakarta. Tim Mapala Kapakata masih yakin terdapat banyak lagi air terjun yang dapat digunakan sebagai arena olahraga ini. Berani mencoba?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun