Mohon tunggu...
joko lelono
joko lelono Mohon Tunggu... wiraswasta -

I am a realist as well as an idealist, and I think that it is incumbent upon those of us in opposition to try to work within what are always arduous circumstances to stretch the limits of the possible.I am a mixture of idealist and realist.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais dan Armageddon

2 Desember 2018   17:46 Diperbarui: 2 Desember 2018   17:49 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak ada hujan, tak ada angin, tiba-tiba saja Profesor AmienRais mengatakan bahwa bakal ada Armageddon atauBaratayuda pada tanggal 17 April 2019. Saat memberikan wejangan kepada sejumlah peserta Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta pada hari Rabu 28 Nopember2018, salah satu pendiri dan tohoh senior Partai AmanatNasional ini bicara soal pemilihan presiden yang sudah dekatdan sebentar lagi bakal ada Armageddon atau Baratayuda.

Dalam ceritera pewayangan Mahabarata, Baratayuda adalah perang besar sesama saudara keturunan Barata, antara Pandawa dan Kurawa yang berlangsung di Kurukshetra.Wiracarita ini melambangkan peperangan antara kekuatanbaik melawan kekuatan jahat, yang dimenangkan olehPandawa sebagai simbol kekuatan  baik.

Armageddon umumnya dipersepsikan sebagai perang dunia diakhir zaman. Di kalangan kaum muslimin, sebagaimanadiketemukan dalam manuskrip yang tersimpan dalamperpustakaan-perpustakaan Islam di Timur Tengah, Armageddon dikenal sebagai Al-Majidun atau perangkemuliaan. Nabi Muhammad  AW menyebut perang akhirzaman ini sebagai Al-Malhamah Al-Kubro, suatu huru-harabesar yang tiada tandingannya, yang merupakan penampakanqudratullah, kuasa Allah untuk membungkam kesombongankaum kafir.

Penganalogian pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihanlegislatif (Pileg) 2019 dengan Armageddon atau Mahabarataoleh Amien Rais sama sekali tidak tepat. Pilpres dan Pilegadalah pesta demokrasi yang, layaknya sebuah pesta, haruslahdiwarnai dengan narasi politik yang menyejukkan, menggairahkan dan menggembirakan. Pesta demokrasiselayaknya diusahakan sekuat tenaga agar berlangsung aman, damai dan penuh keceriaan.  

Perbedaan pendapat dan pilihanadalah hal yang sangat biasa, tak perlu disertai dengangontok-gontokan, apalagi sampai bunuh-membunuh antarsesama anak bangsa. Jadi tidak perlu ada tokoh yang menebarkan narasi yang menimbulkan rasa ketakutan dimasyarakat.

Barangkali sudah menjadi karakter Amien Rais untukmengeluarkan pernyataan yang hiperbolik. Pada masa lalu iajuga menyebutkan pesta demokrasi itu sebagai Perang Badar. Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan Tahun 2 Hijriah, atau 13 Maret 624 Masehi, adalah perang antarapasukan Rasulullah melawan pasukan kafir Quraisy Mekkahyang dipimpin Abu Jahal,  ang dimenangkan secara gemilangoleh pasukan Rasulullah kendatipun kaum Quraisy Mekkahunggul dalam jumlah personel dan persenjataan.

Pilpres dan Pileg adalah pesta demokrasi. Seharusnya di sana tidak ada permusuhan, apalagi peperangan. Yang adahanyalah pertarungan gagasan dan program untuk memajukanbangsa dan negara, sebagaimana dicita-citakan para bapakbangsa  Indonesia dan tertuang dalam konstitusi, UndangUndang Dasar 1945. Dengan demikian, Pilpres dan Pilegsama sekali tidak dapat dianalogikan dengan Armageddon, Baratayuda atau Perang Badar.

Dalam video yang beredar, Amien Rais juga menyebutkanbahwa tanggal 17 April 2019 itu adalah pertaruhan terakhir, apakah unsur-unsur PKI akan menang ataukah sebaliknya. Iniadalah pernyataan provokatif dan ahistoris. Partai KomunisIndonesia sudah dibubarkan sejak lama, dan komunismesudah bangkrut di muka bumi. Kenapa, dan apakepentingannya sehinga hantu komunisme harus dibangkitkandari liang kuburnya? 

Kita masih ingat bahwa menjelang reformasi pada Mei 1998, Amien Rais adalah salah satu dari empat orang tokoh bangsayang dianggap sebagai lokomotif reformasi di sampingAbdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Sultan Hamengkubuwono X. Sebagai tokoh senior, sepatutnya iamemosisikan dirinya sebagai negarawan yang bijaksana, bukan malah menurunkan derajatnya menjadi sekedarpolitikus yang haus kekuasaan. 

Pilpres dan Pileg 2019 bukanlah pertaruhan terakhir bangsaini. Namun memang benar bila ia dikatakan sebagaipertaruhan terakhir bagi Prabowo Subianto, yang telahbeberapa kali kalah dalam perjuangannya menggapai kursijabatan presiden republik ini. Jika ia gagal menang dalamPilpres 2019, kemungkinan besar ia tak akan maju lagi dalampertarungan Pilpres 2024 karena faktor usia, sehinggakekalahan dalam Pilpres 2019 adalah akhir dari karirpolitiknya.

Sebagai pendukung berat Prabowo Subianto, memang wajarbelakan bila Amien Rais mendukung jagoannya mati-matian. Kendatipun begitu, tak berarti ia perlu menempuh segala cara, termasuk menebarkan ''teror psikologis'' dengan istilahhiperbolik dan bombastis semacam Armageddon atauBaratayuda seraya mengutip ayat- yat perang dari kitab suci. Kita tidak sedang berperang, tetapi sekedar berkompetisimengadu gagasan dan program. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun