Mohon tunggu...
joko lelono
joko lelono Mohon Tunggu... wiraswasta -

I am a realist as well as an idealist, and I think that it is incumbent upon those of us in opposition to try to work within what are always arduous circumstances to stretch the limits of the possible.I am a mixture of idealist and realist.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lelucon Samad yang Tidak Lucu

22 April 2014   22:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharusnya kita cepat melakukan applause dan standing ovation terhadap apa yang terjadi baru-baru ini. Rekayasa yang lagi-lagi secara kasat mata kita lihat dalam lingkaran pemerintahan menjadikan kita salut atas pihak-pihak yang ingin menyelamatkan diri sendiri. Konferensi pers tentang dijadikannya Hadi Purnomo (HP) sebagai tersangka dalam dugaan kasus intervensi pajak Bank Central Asia (BCA) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 21 April 2014, yang bertepatan dengan ulang tahun HP dan hari terakhir HP menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), seolah terlalu susah untuk dianggap sebagai hal yang serba kebetulan.

Lelucon Abraham Samad dan seluruh orang yang memerintahkannya seolah menjadikan Negara ini sebagai permainan yang dipenuhi rekayasa tanpa akhir. Banyak orang bertepuk tangan dan senang dengan kelakuan Abraham Samad sekarang ini. Adalah Politisi Golkar, Bambang Soesatyo yang mengatakan sebenarnya sama sekali tidak mengejutkan ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Dirjen Pajak Hadi Poernomo (HP) sebagai tersangka. Kita tahu bahwa Bambang Soesatyo merupakan salah satu wajib pajak nakal yang menyembunyikan jet pribadinya di Halim Perdana Kusuma tanpa mau membayar pajak kekayaannya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bahkan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja juga telah memberikan pernyataan bahwa kasus ini sudah sangat kadaluarsa dan secara hukum tidak ada masalah. Luar biasa memang seluruh konspirasi jahat di negeri ini. Ketika seseorang diserang secara hukum, maka pihak yang berkepentingan dan penumpang gelap di dalamnya ikut tertawa dan bertepuk tangan.

Pada 2004 lalu, HP dalam kasus pajak BCA ini telah melakukan wewenangnya dalam menegakkan undang-undang. Ironis bila saat ini KPK sedang mengadili undang-undang. Yang harus diluruskan bahwa selama SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) itu masih belum dibayar atau tidak diterima oleh wajib pajak, berarti wajib pajak mempunyai hak mempunyai wewenang untuk mengajukan keberatan. Luar biasa lelucon KPK saat ini. Apakah gara-gara HP sempat memusuhi Sri Mulyani, maka Sri Mulyani saat ini balas dendam? Apa gara-gara SBY ketakutan di penghujung pemerintahannya boleh semena-mena membuat skenario? Apakah tidak ada hal lain untuk mengalihkan kasus century yang tengah berlarut-larut?

Di tengah carut marutnya hasil pemilu legislatif dan kondisi perpolitikan yang sedang gonjang-ganjing lelucon dari KPK ini manjadi sangat seksi untuk ditampilkan. Tokoh utama di belakang Samad saat ini bisa saja merasa sejenak tenang dan tertawa puas, namun setelah itu dia tidak akan memiliki teman lagi, apalagi ketika dia sudah tidak memiliki jabatan dan roda pemerintahan sudah berganti.

Kasus Bank Century yang sebenarnya mulai mengerucut tiba-tiba hilang arah dengan adanya lelucun KPK saat ini. Kita akhirnya hanya bisa berdoa, akankah Samad akan terus membuat lelucon seperti saat ini di saat nanti seniornya dari Sulawesi Selatan, Jusuf Kalla (seandainya) menjadi Wakil Presiden 2014-2019.

Jangan biarkan NKRI terus-terusan digerus dan disetting untuk kepentingan orang dan kelompok tertentu. Kita seharusnya menangis dengan kondisi bangsa saat ini, bukan ikut terbahak-bahak dengan lelucon yang tidak lucu dari Samad dan komplotannya saat ini. Kita sama-sama sepakat koruptor harus dibasmi dari bangsa ini, cuma jangan biarkan senjata atas nama korupsi ini menghancurkan bangsa kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun