Mungkin saudara pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang saya alami ini. Beberapa waktu lalu saya mengikuti sebuah acara pertemuan di sebuah hotel yang cukup megah di daerah Jogja. Dimanapun acara semacam itu berlangsung, biasanya ada satu tempat yang selalu rame pengunjung dan diserbu oleh para peserta ketika coffe break, dan tempat itu bernama TOILET.
Ngomong-ngomong tentang toilet, ternyata banyak pengelola hotel mewah sudah mulai "latah" dan sok kebarat-baratan. Saya bisa memahami kalo interior kamar, loby dan ruangan lainnya, okelah... tapi kalo toilet, untuk orang timur seperti kita rasanya sangat menjijikkan kalo harus cebok dengan lembaran tisu saja, terlebih lagi mayoritas penduduk republik ini adalah orang-orang yang harus solat.
Pantas ketika saya tanya rekan saya, mengapa tidak jadi ke toilet, dia menjawab "ora ono banyune" [tidak ada airnya] katanya. Pikir saya waktu itu ah ini temen saya katrok sekali sampai sentoran air saja dia tdak faham. Tapi ternyata memang rekan saya benar, bukan kami yang katrok tapi memang sebaiknya para pengelola hotel mewah juga seharusnya menyesuaikan diri dengan budaya dimana ia mendirikan hotelnya terutama dalam memilih jenis toilet, dan kedepan kami berharap ada hotel yang menyediakan tempat berhajad yang sar'i, siapa tau dengan demikian hotel itu menjadi berkah dan lancar rejekinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H