Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rokok Membunuh Siapa?

16 Februari 2015   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dapat dipastikan bahwa sebagian besar orang mengenal benda yang bernama rokok ini. Pada umumnya rokok terdiri dari rokok putih dan rokok kretek. Rokok putih dibuat dari tembakau ditambah saus sedangkan rokok kretek dibuat dari tembakau dan cengkeh plus saus. Rokok terkenal di seluruh dunia. Sebagian besar penduduk dunia yang berjumlah 7 milyar adalah perokok. Seandainya separuh saja yang menjadi perokok maka ada 3,5 milyar penduduk dunia yang setiap harinya mengepulkan asap. Kalau digabungkan asapnya mungkin langit akan gelap karena asap rokok.

Ditinjau dari segi kesehatan, rokok sangat berbahaya. Karena rokok mengandung nikotin, racun yang mematikan. Merokok bisa menyebabkan impoten bagi laki-laki dan kanker paru-paru.  Tidaklah heran kalau sebagian masyarakat ada yang anti rokok. Karena asap rokok juga dianggap berbahaya bagi bukan perokok yang terkena hembusannya. Mereka menginginkan agar produksi rokok dikurangi. Minat perokok potensial, yaitu anak-anak dan remaja, juga dihambat. Caranya adalah dengan melarang iklan rokok di televisi dan radio. Dan dalam bungkus rokok harus dicantumkan kata-kata yang membuat orang takut merokok.

Semula di setiap bungkus rokok tercantum " Merokok dapat menyebabkan kanker, impotensi, dan keguguran bagi wanita hamil". Karena peringatan itu dinilai tidak mempan, maka sekarang diganti dengan kata-kata yang sadis "Merokok Membunuhmu".  Kata-kata ini juga tampaknya cuma macan kertas. Tidak berarti apa-apa bagi perokok potensial maupun perokok kawakan. Tidak ada angka statistik yang menyatakan bahwa perokok menjadi berkurang dengan adanya penggantian slogan tersebut.

Bagi perokok, rokok mampu menghilangkan stres. Kalau tidak ada rokok maka akan banyak orang yang akan masuk Rumah Sakit Jiwa, katanya. Rokok juga sumber kenikmatan, apalagi kalau sedang buang hajat, melamun sambil jongkok dan sambil mengisap rokok. Kalau habis makan, juga perlu ada pencuci mulut, yaitu rokok. Kalau banyak pekerjaan di kantor atau di rumah, maka dengan adanya rokok energinya akan meningkat. Atau kalau sedang mencari ilham sambil ditemani dengan sebatang rokok, maka ilham akan mengalir deras, kata seorang seniman.

Masalahnya adalah siapa yang terbunuh akibat merokok?  Konsumen, yaitu perokok ? Mereka tidak merasa dibunuh oleh rokok, bahkan menikmatinya. Siapa yang membunuhnya? Pabrik rokok ? Justru mereka telah memproduksi rokok sejak puluhan tahun yang lalu guna memenuhi kebutuhan konsumennya. Pabrik rokok mempekerjakan ratusan ribu karyawan dan karena itu ikut mensejahterakan rakyat. Pabrik rokok juga memperkaya pemiliknya. Pabrik rokok juga melahirkan orang terkaya di Indonesia. Pabrik rokok juga menyumbangkan pajak dan cukai yang signifikan bagi pemerintah. Pajak dan cukai rokok ini merupakan pendapatan negara yang digunakan untuk kesejahteraan rakyat pula.

Karena tidak jelas sasarannya, siapa yang terbunuh dan siapa yang membunuh, maka rokok akan tetap eksis sampai akhir zaman. Selama manusia mempunyai mulut untuk mengisapnya maka selama itu pula rokok akan ada dan dibutuhkan. Para perokok akan menghentikan ketergantungannya terhadap rokok atas kesadarannya sendiri, bukan oleh slogan atau larangan atau undang-undang. Merokok adalah hak asasi setiap orang. Mereka akan berhenti dengan sendirinya kalau mereka sudah tidak menginginkannya lagi. Hanya masalahnya adalah sampai kapan, setahun, sepuluh tahun atau seumur hidup?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun