Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Penembak Misterius Muncul Kembali?

27 Februari 2012   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:53 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Akhir-akhir ini berita mengenai premanisme semakin menakutkan terutama di Jakarta. Jakarta dengan penduduk lebih daripada 12 juta, sebagai ibukota Republik Indonesia, sebagai pusat pemerintahan, sebagai pusat perdagangan dan industri, ternyata juga telah menjadi pusat premanisme.Tampaknya polisi sudah menghilang, bersembunyi dibalik dinding yang tinggi.

Merajalelanya premanisme telah memudarkan citra polisi sebagai instansi pengamanan yang mendengungkan semboyan "melayani dan melindungi". Polisi sudah tidak bisa lagi melindungi warganya. Wibawa polisi sudah jatuh. Bahkan, secara terang-terangan penduduk, bukan preman lagi, berani melawan polisi. Jadi, jika penduduk biasa saja sudah berani melawan polisi, apalagi preman yang memang bergelimang dengan kekerasan.

Yang lebih mengerikan lagi adalah ketika serombongan preman berani menyerbu ruang duka RS Gatot Subroto, yang notabene milik TNI-AD. Walaupun katanya, ruang duka tersebut disewakan kepada swasta, namun itu berada di dalam kompleks rumah sakit tersebut. Artinya, preman itu sudah tidak mengindahkan lagi TNI-AD juga. Karena mereka telah berani membunuh orang dihalaman yang dikuasai oleh TNI-AD. Dengan kata lain, mereka sudah melecehkan TNI-AD.

Biarpun SBY telah berseru-seru dari istana agar premanisme diberantas, namun seperti komandonya mengenai korupsi, perkataannya hanya lewat bagaikan angin lalu. Wibawa SBY pun tampaknya sudah berada dibawah angin. Aparat kepolisisn ternyata tidak berdaya menghadapi preman yang semakin bernyali besar, yang merasa berada diatas angin.

Tak kalah dengan SBY, Kapolri pun telah sesumbar bahwa tidak mungkin polisi kalah oleh preman. Tapi kenyataannya, polisi tetap mati kutu menghadapi pramanisme. Polisi tidak mungkin menangkapi semua preman yang bermukim di Jakarta. Polisi bisa dituduh melanggar HAM berat, apalagi kalau sampai ketahuan melakukan penyiksaan.

Tidaklah mengherankan kalau ada orang yang berpendapat bahwa premanisme harus dilawan dengan premanisme juga yaitu oleh penembak misterius seperti yang konon pernah dilakukan pada era Orde Baru. Para menembak ini memang betul-betul misterius karena tidak pernah ketahuan siapa sebenarnya mereka. Banyak orang yang dikenal sebagai preman yang hilang bagai ditelan bumi. Banyak mayat yang bergelimpangan tanpa diketahui dibuinuh oleh siapa. Dan konon sejak muncul penembak misterius ini, para preman pada "tiarap" alias tidak berkutik.

Mungkinkah penembak misterius dimunculkan kembali ? Bagaikan pahlawan berkedok hitam, dengan gagah perkasa mereka akan membasmi premanisme tanpa meninggalkan jejak. Dan sayangnya, itu hanya muncul dalam film fiksi. Karena kalau betul-betul ada pahlawan misterius seperti itu maka polisi tidak akan bekerja lagi alias menganggur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun