Dalam berita TV pernah tersiar bahwa isteri Nazaruddin, Neneng Sri Wahyuni, ikut tertangkap ketika bersamanya di Kolombia. Tetapi ketika sampai di Jakarta sosok Neneng tidak tampak. Mungkin Neneng ketinggalan di Kolombia. Atau kesehatannya tidak memungkinkan untuk ikut dalam perjalanan jarak jauh selama 39 jam non-stop.
Ada kemungkinan kehadiran Neneng akan mengganggu konsentrasi tim penjemput sebanyak 15 orang itu. Ada kemungkinan kehadiran Neneng akan mengganggu rekayasa yang akan dipentaskan oleh Nazaruddin pada saat tiba di Indonesia. Ada kemungkinan kehadiran Neneng akan membuat Nazaruddin tidak leluasa menyetujui atau tidak menyetujui adanya rekayasa kasusnya.
Yang pasti ketidakhadiran Neneng menimbulkan pertanyaan, yang juga dikemukakan oleh Tajuk Rencana Kompas 15/8/2011. Kecurigaan terhadap ketidakhadiran Neneng berkembang karena tidak ada penjelasan mengenai hal ini, baik resmi maupun tidak resmi.
Tidaklah heran apabila beredar isu yang menyatakan bahwa Neneng disandera sehingga Nazaruddin akan dapat dikendalikan. Nazaruddin akan dipaksa melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan sang penyandera. Jika tidak, maka jiwa Neneng akan terancam. Sama seperti kasus Susno Duadji yang konon diisukan menjadi bungkam karena cucu kesayangannya diancam akan dibunuh. Namanya juga isu, bisa benar bisa tidak. Sumbernya pun entah berembus dari mana, kita tidak tahu. Namun, biasanya ada asap tentu ada api.
Jadi, seandainya Nazaruddin tidak berani mengungkapkan kesaksiannya yang bisa membuat Partai Demokrat (PD) bangkrut, maka isu tersebut mungkin akan menjadi kenyataan. Dengan demikian, badai pun akan berlalu. Semuanya akan happy. Neneng selamat, Nazaruddin selamat, Anas Urbaningrum selamat, Andi Mallarangeng selamat, PD selamat, korupsi anggaran pun selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H