PDI Perjuangan (PDI-P) akan menyelenggarakan kongres keempat di Bali pada tanggal 12 April 2o15. Â Dapat dipastikan bahwa Megawati Soekarnoputri akan tetap bertahta sebagai ketua umum. Tidak ada yang mampu mneggantikan Megawati dalam segala hal. Mau tidak mau harus diakui bahwa beliau adalah tokoh yang paling kuat di PDI-P. Megawati adalah "roh" nya PDI-P. Karena itu, Megawati lah yang paling layak memimpin PDI-P sampai ia memasuki dunia lain. Dibantah sekuat apapun, kultus individu memang tak pernah luntur dalam budaya Indonesia.
Walaupun demikian, ada batasan yang tidak bisa dikuasainya yaitu waktu dan takdir. Usianya sudah sampai pada 70 tahun. Mungkin 10 tahun lagi kesehatan serta daya pikirnya akan dimakan oleh usianya sendiri. Â Dan yang tidak bisa diramalkan adalah setiap waktu beliau bisa saja dipanggil Tuhan. Dan kalau waktunya sudah tiba, maka PDI-P akan kehilangan arah. Kualitas dan kharisma kepemimpinan Megawati memang tak tergantikan. Karena memang tampaknya Megawati tidak ingin ada yang mampu menggantikannya.
Dan selama Megawati masih menguasai PDI-P selama itu pula Jokowi berada dibawah bayang-bayangnya. Jokowi adalah "petugas partai" PDI-P. Jokowi harus taat dan loyal terhadap PDI-P. Dan PDI-P adalah Megawati. Tidaklah mengherankan apabila dalam kasus Budi Gunawan (BG) telah membuat Jokowi tidak berdaya. Sampai-sampai Buya Maarief secara berseloroh menyatakan bahwa kepemimpinan Jokowi adalah kepemimpinan "kampret", bukan "rajawali" lagi.
Yang menarik adalah sebuah pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P yang mengatakan bahwa PDI-P adalah partai pemerintah, bukan partainya pemerintah. Jika menjadi partainya pemerintah, partai hanya sebagai lembaga stempel, mengiyakan kebijakan pemerintah. Namun, sebagai partai pemerintah,, PDI-P terlibat aktif merancang jalannya kekuasaan pemerintahan nasional (Kompas 8/4/3015). Dengan demikian, apabila Jokowi dianggap sebagai "petugas partai" maka secara implisit berarti PDI-P lah yang menguasai pemerintahan. Dan tentu saja Megawati yang berada dibalik layar. Dan tentu saja segala sesuatunya akan dibantah habis-habisan karena tidak terbukti.
Dengan demikian, berdasarkan pemikiran seperti itu, maka selama Megawati masih berkuasa di PDI-P selama itu pula Jokowi selalu berada dalam bayang-bayang Megawati. Karena Jokowi tidak mau dan tidak mampu membantah keinginan Ibundanya. Walaupun ada menterinya yang mengusulkan dana Rp 1 triliun untuk masing-masing partai, Jokowi diam saja. Walaupun ada menterinya yang mengusulkan peninjauan kembali pemberian remisi kepada koruptor, Jokowi bungkam saja. Karena siapa tahu bahwa usulan itu datangnya justru dari Megawati, seperti juga usulan BG untuk menjadi calon Kapolri tempo hari.
Karena itu Jokowi sebagai presiden hasil pilihan rakyat, seharusnya berani membantah keinginan Megawati yang bertentangan dengan hati nurani rakyat supaya tidak menjerumuskannya menjadi pemimpin "kampret". Sebaliknya, PDI-P pun harus berani mengubah pemikirannya untuk menguasai pemerintahan, namun lebih berfokus kepada missi utamanya yaitu memberikan kesejahteraan kepada "wong cilik" yang selalu digembar-gemborkannya sejak aweal berdirinya PDI-P (dengan "perjuangan"). Apabila hal ini yang dilakukan, maka PDI-P akan dikenang sebagai partai pembela "wong cilik" dan Megawati sebagai "Ibunda yang bijak" ! Lepaskanlah cengkeraman terhadap Jokowi !
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI