Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komik Indonesia Tinggal Kenangan

26 Oktober 2012   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:21 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak SMP, sekitar tahun-tahun 1950an saya adalah salah seorang penggemar komik. Dan saya pernah menulis sebuah cerita pendek yang dimuat dalam majalah komik "Tjahaja" No.8 tanggal 26 April 1955 tahun ke !. Judul cerpen saya adalah " Tak Menghiraukan Perkataan Ibu" yang mengisahkan tentang seekor anak ikan yang kena kail karena mengabaikan nasihat induknya.


Penerbit komik tersebut adalah "Melody", Jl. ABC, Bandung. Mungkin penerbit ini adalah penerbit pertama yang mencetak dan mengedarkan komik hasil karya R.A Kosasih, seperti "Sangkuriang", "Lutung Kasarung", "Sri Asih", "Siti Gahara", "Arjuna Wiwaha", "Ramayana", "Mahabharata" dan lain-lain yang sudah tidak saya ingat lagi..


Honor yang saya terima atas tulisan di majalah komik tersebut adalah Rp 10,-- (sepuluh rupiah). Dan tentu saja honor sebesar itu sangat menggembirakan hati. Sejak itu saya juga jadi gemar menulis cerpen dan puisi, disamping membaca komik dan cerita silat. Untuk memenuhi kegemaran membaca komik tersebut saya melakukan pendekatan "khusus" yaitu ikut membantu melayani toko buku atau penyewaan buku.


Pada saat itu di Karawang hanya ada satu toko buku, yaitu Toko Buku "Tjenderawasih". Baru beberapa tahun kemudian muncul toko buku kedua dan penyewaan buku cerita silat,yaitu Toko Buku "Rakyat". Sedangkan perpustakaan dan penyewaan buku pertama adalah "Pusaka Sunda". Dengan cara menyediakan diri menjadi pelayan toko buku secara sukarela, saya memperoleh kesempatan untuk baca komik atau cerita silat yang dijual atau di sewakan oleh kedua sumber bacaan tersebut.


Sedangkan pendekatan kepada Toko Buku "Rakyat" agak berbeda. Karena toko buku ini dimiliki oleh teman sekelas pada waktu SR (Sekolah Rendah) maka saya bisa lebih leluasa membaca dan membantunya. Tetap saja tujuannya adalah dapat membaca komik dan cerita silat secara gratis


Komik yang beredar pada masa remaja saya (tahun 1960an) yang paling mengesankan adalah "Si Buta Dari Gua Hantu" hasil karya Ganesh TH. Setiap jilid yang diterbitkan selalu jadi bacaan favorit pembacanya. Dan saya beruntung dapat membacanya secara gratis. Sedangkan cerita Mahabharata dan Ramayana hasil karya R.A Kosasih menjadi bacaan yang lebih "berat", yang masih bisa saya cerna, walaupun tidak begitu excited dibandingkan kalau baca "Si Buta Dari Gua Hantu".


Sekarang semuanya tinggal kenangan. Cerita komik Indonesia telah hilang disapu oleh komik dari Jepang yang telah menguasai bacaan anak-anak Indonesia. Sekarang tidak ada lagi semangat Gatotkaca. Yang ada adalah semangat Samurai yang pertama kali dikumandangkan oleh Sungoku melalui serial komik "Dragon Ball". Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi yang canggih, tampaknya komik Indonesia sudah merupakan fosil yang menjadi lintasan sejarah belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun