Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Money

Blue Bird Masih Bertahan

18 Juni 2017   02:14 Diperbarui: 18 Juni 2017   02:23 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada tanggal 15 Juni 2017 yang lalu, saya memesan taksi Blue Bird melalui telpon karena call centre taksi Putra tidak menjawab sampai dering ke 10 kali. Lima menit kemudan sebuah taksi biru telah menunggu di depan rumah. Ketika dalam perjalanan saya tanyakan kepada pengemudinya, ternyata ia kebetulan sedang berada di dekat rumah saya ketika panggilan melalui telpon dari call centre Blue Bird diumumkan. Saya tidak menggunakan taksi Uber atau Grab karena enggan melayani telpon dari pengemudinya yang selalu menanyakan alamat saya berkali-kali dan memandunya sampai ke rumah saya.  Kalau taks i" konvensional" tidak perlu lagi karena mereka sudah mengetahuinya serta lebih berpengalaman tampaknya.

Pengemudinya, Sahidin, ternyata baru tiga bulan bergabung dengan taksi Blue Bird. Sebelumnya, selama lebih daripada 20 tahun bekerja sebagai sopir pribadi dari seorang pemilik perusahaan entertainment . Ternyata ia sangat cocok bekerja disini. Majikannya sangat baik dan penuh pengertian. Ia memperoleh gaji resmi dari perusahaan, disamping itu ia pun memperoleh tambahan pendapatan yang diberikan secara pribadi oleh sang boss. 

Sayangnya, setelah mengabdi selama 20 tahun , majikannya kena serangan jantung dan telah dioperasi bypass sehingga aktivitas majikannya sangat terbatas. Tambahan pula ketiga putra-putrinya sudah kuliah ke luar negeri sehingga tidak memerlukan antar-jemput lagi. Penggunaan kendaraan pun sangat jarang sehingga ia lebih banyak menganggur daripada bertugas. Walaupun gaji tetap dibayarkan, namun perasaaannya tidak enak, seolah-olan "makan gaji buta". Akhirnya, ia memutuskan dengan berat hati, keluar dari perusahaan tersebut, walaupun sang majikan yang baik hati itu menahannya. Pilihannya adalah menjadi pengemudi Blue Bird karena dianggapnya paling bonafide dan masih kuat bertahan ditengah persaingan dengan taksi online.

Menurut informasi, saat ini Blue Bird memiliki tiga golongan pengemudi yaitu pengemudi lama yang masih tetap bertahan karena sudah belasan tahun bekerja dan pengemudi baru yang berasal dari perusahaan taksi lain yang sedang "megap-megap" karena tidak mampu bersaing dengan  GoJek, GrabBike, Uber dan Grab ditambah dengan rekrutmen baru. Dan ditengahnya ada pengemudi Blue Bird yang telah bekerja dua atau tiga tahun yang sempat keluar karena tergoda oleh taksi Uber atau Grab kemudian masuk kembali. Blue Bird sendiri konon telah bekerjasama dengan GrabCar serta memiliki aplikasi MyBlueBird. Tidaklah mengherankan kalau Blue Bird masih tetap dapat bertahan ditengah "gempuran" taksi online.

Selain itu, pengalaman Blue Bird dalam bidang pertaksian telah berlangsung sejak tahun 1960an sehingga memiliki sistem manajemen yang kokoh. Blue Bird juga sudah go public untuk mendukung kebutuhan finansialnya dalam melakukan ekspansi dan operasionalnya. Konon, hingga saat ini tidak ada pool taksi milik Blue Bird yang ditutup kecuali yang sudah habis masa kontraknya seperti di Mangga Dua dan Lenteng Agung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun