Sejak Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS) yang  ke 45 pada tahun 2016, kepribadiannya yang lain daripada yang lain telah mewarnai dunia politik  AS dan, bahkan, seluruh jagat. Slogannya adalah "America First"dan "Make America Great Again".
Demi kepentingan ekonomi Amerika yang mengalami defisit perdagangan dengan China, mulailah ditabuh genderang perang  dengan China yang dianggapnya sebagai biang keladi.
Tarif impor barang-barang dari China dinaikkan sebesar 20 %, yang kemudian dibalas pula oleh China sehingga membuat perdagangan dunia tidaklah bebas lagi.
Sekarang China dianggap sebagai "musuh nomor satu" yang harus dikalahkan dengan segala cara. Amerika harus tetap menjadi nomor satu, tidak boleh ada negara lain yang menyainginya.
Dalam politik internasional, pendekatannya kepada Kim Jong Un, presiden Korea Utara, merupakan terobosan lain daripada yang lain, yang tidak pernah dilakukan oleh presiden AS sebelumnya. Ia mengadakan pertemuan langsung dengan Kim guna membahas masalah perdamaian di Semenanjung Korea.
Selama ini Korea Utara merupakan "anak nakal" yang selalu menembakkan peluru kendali yang dimilikinya sebagai "bargaining power" dalam negosiasi dengan AS dalam usahanya untuk pembebasan sanksi perdagangan yang dikenakan terhadapnya.
Namun pertemuan dua kali yang dilakukannya dengan Kim Jong Un di Singapura dan Ho Chi Minh City, tampaknya gagal. Mimpinya untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian pun kandas.
Lalu datanglah virus corona yang menyebarkan wabah maut Corvid-19 yang dimulai dari Wuhan, China, ke seluruh dunia. Hingga tanggal 16 Mei 2020 menurut WHO tercatat 216 negara yang menderita, 4.425.485 Â orang yang terinfeksi dan yang meninggal 302.059 orang.
Sedangkan yang paling parah justru dialami oleh AS dengan total terinfeksi 1.382.362 orang dan meninggal 83.819 orang. Dan Trump tanpa sungkan-sungkan lagi langsung menunjuk hidung China sebagai biang keladinya. Ia menyebut virus corona sebagai "virus China" atau "virus Wuhan".
Bahkan, WHO pun disalahkannya karena bekerjasama dengan China dengan pemberitahuan yang terlambat kepada dunia, kepada AS juga, padahal, Trump sebelumnya menganggap remeh virus tersebut sehingga terlambat meresponsnya.
Dengan alasan bahwa Corvid-19 menjadi pandemi karena kesalahan China dan WHO, maka AS pun menarik diri dari WHO dan menghentikan sumbangannya. Pokoknya, virus tersebut menyebar di AS bukan kesalahan Trump.