Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies, (Bakal) Cawapres 2019?

25 Januari 2018   04:14 Diperbarui: 27 Januari 2018   01:40 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies Baswedan (48) dan Sandiaga Uno (48) menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 16 Oktober 2017 dengan memperoleh suara 57,95 % dalam Pilkada yang lalu. Anies telah berhasil menggusur gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melalui dua putaran pemilihan. Padahal, pada saat itu elektabilitas Ahok diatas Anies, menurut beberapa survei. Berarti Anies telah menjabat sebagai gubernur DKI baru selama 100 hari sampai hari ini.

Anies termasuk dalam daftar 100  Intelektual Publik Dunia oleh Majalah Foreign Policy,  gelar Young Global Leaders oleh World Economic Forum, Februari 2009, juga termasuk 20 Tokoh Pembina Perubahan Dunia oleh Majalah Foresight. Anies memperoleh gelar Ph.D di Northern Illinois University, USA. Puncak karirnya dalam bidang birokrasi adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  (2014-2016).  Anies juga pernah mengikuti  Konvensi Demokrat pada Agustus 2013 dalam rangka pemilihan prediden calon dari Partai Demokrat bersama dengan 11 orang lainnya, namun gagal (Wikipedia).

Sementara itu, Sandiaga menyandang gelar BBA  dari Wichita University dengan predikat summa cum laude(1990) dan gelar MBA dari George Washington University, USA, dengan IPK 4.00 (1992). Ia termasuk Orang Terkaya Indonesia pada urutan ke 37 dengan kekayaan bersih US$ 660 juta (Majalah Forbes, 2011, Wikipedia) dan entah berapa ratus juta US dollar lagi yang sekarang dimilikinya. Sandiaga merupakan salah  seorang pengusaha muda Indonesia yang sukses yang kemudian terjun ke dunia politik dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Melalui "kendaraan"partai inilah ia mencalonkan diri semula sebagai calon gubernur dan kemudian rela berubah menjadi calon wakil gubernur dengan Anies sebagai calon gubernurnya dalam Pilkada 2017.

Begitu menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur, duet ini langsung menggebrak dengan beberapa langkah nyata yang langsung dirasakan oleh masyarakat Jakarta. Mula-mula Pasar Tanah Abang dibenahi kembali dengan memberdayakan usaha menengah  kecil dan mikro (UMKM). Para pedagang kaki lima (PKL) diberi "nafas" untuk bisa berdagang kembali di sekitar Tanah Abang yang sebelumnya telah di "bersih"kan oleh Ahok. Yang bikin macet jalanan bukanlah PKL tetapi karena terlampau banyak orang yang berjalan lewat trotoar, kata orang.  Mengurangi kemacetan memang bukanlah program kerja Anies.

Para pengendara sepeda motor diperbolehkan kembali beraksi di Jalan Jenderal Sudirman yang secara bersamaan sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung (MA). Semula sepeda motor dilarang memasuki Jalan Sudirman dengan alasan untuk mengurangi kemacetan, namun keputusan ini dianggap melanggar keadilan sosial.  Mengurangi kemacetan memang tidak termasuk program kerja Anies. Trotoar sepanjang Jalan Jenderal Sudirman pun akan dimanfaatkan untuk pertunjukan seni atau aktivitas sosial lainnya sehingga menjadi lebih kreatif, katanya.

Demi meningkatkan taraf hidup rakyat kecil, Anies pun memutuskan untuk memberdayakan kembali becak yang sudah dilarang sejak tahun 1990. Becak pun nantinya akan berkeliaran kembali di tengah hiruk-pikuknya kemacetan Jakarta. Sayangnya, sudah ribuan becak yang sudah menjadi sarang ikan di Laut Jawa sejak dua puluhan tahun yang lalu. Sisa becak yang masih hidup pun tampaknya sudah langka. Becak yang dikayuh dahulu dianggap sebagai kurang manusiawi, sekarang dianggap sebagai manusiawi. Mengurangi kemacetan memang tidak termasuk program kerja Anies, melainkan program sesuai dengan janji prioritas Pilkada.

Program uang muka pembelian rumah 0 persen (DP Nol) baru saja diluncurkan dengan acara yang meriah. Program ini termasuk program yang dilantunkan pada saat kampanye Pilkada. Ternyata yang akan dibangun terletak diatas tanah bersama-sama dengan rumah susun sewa yang akan dibangun oleh DKI., bukan rumah tapak. Walaupun uang muka pembelian rumah 0 persen, namun kemampuan finansial konsumen untuk membayar angsutan per bulannya kurang diperhitungkan. Tidak semua orang mampu memenuhi syarat untuk  ikut dalam program DP Nol ini.

Disamping itu, tanpa uang muka, developer harus mengeluarkan dana sendiri  untuk membangun rumah susun tersebut. Biasanya uang muka menjadi dana awal, dilanjutkan dengan kredit bank atau dana sendiri untuk menyelesaikan perumahan tersebut. Kalau semuanya tidak tersedia, maka pemilikan rumah dengan DP Nol hanya tinggal program belaka, kecuali kalau Bank DKI mau membiayai sepenuhnya atau diberi subsidi melalui APBD DKI. Atau diambil dari kantong pribadi Sandiaga yang konon memiliki kekayaan ratusan juta dolar AS tersebut.

Melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman serta cara kerja Anies selama 100 hari ini dapat disimpulkan bahwa Anies bukanlah "orang lapangan", bukan "orang kerja", melainkan "orang di belakang meja". Berbeda dengan pengalaman kerja sebagai rektor atau menteri atau konsultan yang tidak berurusan dengan birokrasi langsung yang perlu managerial skill yang lebih "membumi". 

Karena itu, tidaklah berlebihan, kalau target Anies sebenarnya adalah kursi presiden atau setidaknya wakil presiden. Untuk itu ia perlu kendaraan yang kuat dan kokoh, yaitu Partai Gerindra yang mendudkungnya. Jabatan gubernur DKI hanyalah sebagai batu loncatan untuk meraih jabatan paling tinggi di Republik Indonesia. Usianya pun relatif masih muda. Masa depannya masih terbuka lebar dan tampaknya gemilang.  Jabatan gubernur dapat diserahkan kepada Sandiaga yang memang sebelumnya sangat bernafsu untuk menjadi gubernur DKI. Kalaupun program kerjanya gagal , bebannya akan ditanggung sepenuhnya oleh Sandiaga. Dengan demikian, Sandiaga bisa dijadikan "kambing hitam" nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun