Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengacara, Paling Banyak Bunuh Diri!

23 Januari 2014   07:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Profesi pengacara tampaknya sangat bergengsi. Profesi ini bagaikan pedang bermata dua. Satu sisi bisa menuntut ketidakadilan dan sisi yang lain bisa membela keadilan, bergantung kepada klien yang membayarnya. Salah seorang pengacara terkenal pada masa lalu adalah Yap Yhiam Hien yang konon integritas serta keberaniannya dalam membela keadilan demikian besar sehingga namanya diabadikan dalam bentuk Yap Thiam Hien Award. Sebuah award yang akan danugerahkan kepada pengacara yang memiliki integritas serta keberanian seperti dirinya.

Pada saat ini tampaknya profesi pengacara di Indonesia memang sedang booming. Kasus korupsi merupakan lahan terbesar yang digarapnya. Semua koruptor pasti minta jasa pengacara untuk membelanya. Dalam hal ini tentu saja jasa pengacara adalah untuk membebaskan koruptor dari kesalahannya, yang merupakan sisi lain dari pedang bermata dua tersebut. Mereka tidak boleh menolak setiap kasus yang dilimpahkan kepadanya, itu melanggar kode etik pengacara, katanya. Mungkin pada saat ini tidak mungkin lagi muncul seorang pengacara yang memiliki kualitas seperti Yap Thiam Hien.

Justru sebaliknya dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Konon, menurut survei, pengacara Amerika mengalani depresi lebih daripada tiga kali lipat dibandingkan dengan profesi lainnya. Dan secara kasar mengalami kecanduan alkohol serta narkoba dua kali lipat dibandingkan dengan yang lainnya (Patrick Krill, CNN.com 21/1/2014).  Akibatnya banyak pengacara yang tidak tahan dan bunuh diri seperti yang sering terjadi di Kentucky.  Rupanya pengacara di Indonesia lebih "tahan banting" dibandingkan dengan rekan-rekannya di Amerika. Di Indonesia tidak pernah ada berita mengenai pengacara yang bunuh diri. Ada juga berita pengacara yang memamerkan mobil mewah yang dimilikinya supaya tidak stress, mungkin.

Sehubungan dengan itu, ada sebuah pendapat lain yang mengejutkan dari seorang sopir taksi yang saya naiki pada beberapa waktu yang lalu. Sopir taksi Gamya yang berasal dari Tegal ini menyatakan bahwa dunia ini akan aman dan damai kalau tidak ada pengacara. Alasannya karena pengacara adalah orang yang plin-plan dan serakah, hanya membela orang berduit. Dan justru orang berduit ini biasanya adalah orang tidak baik, seperti koruptor, misalnya. Seharusnya orang yang bersalah, langsung saja dieksekusi.Tentu saja pendapat  ekstrim seorang sopir taksi tidak akan didengar oleh siapapun, kecuali saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun