Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gedung DPR, Jalan Terus!

17 September 2010   13:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:10 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun memperoleh kritik dari masyarakat, tampaknya pembangunan gedung baru DPR akan terus dilaksanakan. Ketua DPR selalu menyatakan bahwa gedung ini sudah dirancang oleh DPR sebelumnya, jadi harus dilaksanakan, mau tidak mau, suka tidak suka. Walaupun katanya ia tidak mengerti soal teknis bangunan tapi jika soal duit pasti ia sangat mengerti. Alasan lainnya adalah kalau tidak segera dibangun, maka ada kemungkinan ia tidak sempat menikmati hasil perjuangannya ini.

Barangkali soal duit ini lah yang jadi pokok persoalan. Suara Pembaruan 17/9/2010 memberitakan tentang jatah uang sebesar Rp 500 juta sampai Rp 1 milyar per orang yang akan dibagikan kepada 10  pejabat di Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR jika pembangunan gedung baru itu dilaksanakan.

Ketua DPR langsung minta buktinya. Jika benar, maka ia akan memecatnya. Tentu saja mana ada maling yang akan mengaku, apalagi mengenai pembagian uang yang salah-salah bisa masuk penjara jika tidak pandai bermain sulap. Isu uang jatah khusus ini rupanya menjadi salah satu faktor yang memperkuat usulan itu jadi kenyataan.

Ada kemungkinan ketua DPR diperalat supaya pembanguann itu diteruskan walaupun telah diprotes oleh masyarakat. Bahkan, Eko Budihardjo, seorang anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia menyatakan bahwa DPR mengidap "kepandiran ekologis" dengan membangun gedung pencakar langit di Senayan, yang seharusnya menjadi kawasan hijau (Kompas 17/9/2010).

DPR telah memberi contoh buruk pelanggaran RTH (ruang terbuka hijau) yang sudah sempit di Jakarta. Dengan adanya bangunan gedung baru 36 lantai ini maka RTH Jakarta jadi semakin sempit. Dampak ikutannya adalah Jakarta akan semakin banjir dan udara pun akan jadi lebih panas karena munculnya fenomena urban heat island di kawasan Senayan.

Saking jengkelnya Eko menyatakan bahwa " Apabila kepandiran ekologis dari para tokoh yang berada di puncak kekuasaan tidak ditangkal, kita tinggal menunggu runtuhnya peradaban kota kita ." Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak orang pandir di DPR yang terus ngotot membangun gedung pencakar langit demi gengsi dan kemewahan mereka sendiri, tanpa mempedulikan penderitaan penduduk Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun