Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Bus Transjakarta

19 Juni 2010   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh tragis nasib bus transjakarta atau yang lebih dikenal debagai busway. Sejak diberlakukan sebagai salah satu moda transpor untuk mengurangi kemacetaan Jakarta sepanjang 6 tahun yang lalu, masih tetap terseok-seok. Kemacetan Jakarta tidak berkurang, bahkan lebih parah.

Tampaknya program gubernur Fauzi Bowo (Foke) menjadi terbengkalai. Mungkin karena proyek ini adalah inisiatif gubernur sebelumnya, sehingga ia kurang peduli lagi. Atau karena ia sudah lupa akan janjinya sebelum dipilih jadi gubernur tempo hari yaitu mengurangi kemacetan selain kebanjiran.

Beberapa halte yang sudah disiapkan untuk koridor-koridor yang sudah dibangun, ternyata sekarang tinggal kerangka bangunan yang sangat memelas nasibnya. Tangganya sudah copot-copot. Kanopinya sudah rusak-rusak. Lama-lama akan jadi besi tua yang hanya laku dijual kepada tukang loak pinggir jalan.

Sedangkan untuk trayek yang sekarang masih berjalan pun mengalami nasib yang memprihatinkan. Antrian penumpang di setiap halte semakin panjang. Waktu tunggu semakin lama. Apalagi pada saat menjelang waktu pergi kerja dan waktu pulang kerja.

Sayang sekali, ide penerapan busway seperti yang berjalan lancar di Kolombia tidak berjalan seperti yang diharapkan oleh Sutiyoso, gubernur DKI sebelumnya. Di tangan Fauzi Bowo (Foke) malahan menjadi tidak keruan nasibnya. Hidup tak mau, mati pun enggan. Padahal, anggarannya mungkin ratusan milyar.

Mungkin nasib busway ini harus menunggu datangnya gubernur baru nanti yang berani dan tegas seperti Sutiyoso. Untuk mengelola Jakarta tampaknya perlu tangan besi yang bertanggungjawab. Tidak semena-mena tetapi kepentingan penduduk Jakarta dapat terpenuhi, walaupin tentu tidak dapat memuaskan seluruhnya.

Kemungkinan nasibnya akan sama dengan proyek transportasi lainnya yaitu monorel yang hingga kini masih terkatung-katung. Yang tampak hanyalah tiang pancang yang berdiri tegak di sepanjang jalan yang direncanakan akan dilalui oleh monorel tersebut. Sayangnya, tiang pancang itu tidak laku dijual kepada tukang loak pinggir jalan karena sudah menjadi monumen sejarah kegagalan pemerintah daerah DKI.

Sementara itu, rencana untuk mengadakan MRT (mass rapid transport) dalam bentuk kereta subway sudah dijajaki. Studi kelayakannya sudah dibuat. Dananya berasal dari kredit pemerintah Jepang, katanya. Maketnya pun sudah dipajang dalam stan DKI di Jakarta Fair. Sungguh indah dipandang mata. Sungguh canggih dan cantik tampilannya. Tetapi bagaimana nasib selanjutnya masih kurang jelas. Jangan-jangan ia pun akan bernasib sama seperti monorel dan busway.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun