Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi atau Prabowo?

11 April 2014   13:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil quick count Kompas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan bagi PDI-P (Kompas 10/4/2014).  PDI-P hanya meraih suara dibawah 20 persen. Semula PDI-P berharap memperoleh suara diatas 20 persen dengan menampilkan J0ko Widodo (Jokowi) sebagai vote-getter. Nama Jokowi adalah nama yang paling populer dan paling tinggi elektabilitasnya dibandingkan dengan nama-nama lainnya. Itu menurut lembaga survei.

Hasil pemilu legislatif ini mencerminkan bahwa PDI-P tidak identik dengan Jokowi dan Jokowi bukanlah milik PDI-P, karena Jokowi bukan siapa-siapa di PDI-P. Apalagi dengan munculnya nama Jokowi sebelum pemilu presiden tanggal 9 Juli 2014 kampanye negatif telah bertebaran sehingga memngaruhi dan menggoyahkan orang-orang yang masih ragu.

Dengan demikian, tanpa mendiskreditkan calon-calon presiden lainnya, dalam pemilu presiden nanti dapat diperkirakan Jokowi akan berhadapan langsung dengan Prabowo Subianto yang tampaknya sangat bernafsu untuk jadi presiden dalam pemilu ini. Sebab kalau tidak sekarang, maka ambisinya dan peluangnya akan terkubur habis . Dalam pemilu tahun 2019  Usianya  akan menjadi penghalang.  Ia akan dianggap terlalu tua untuk mencalonkan diri lagi setelah kalah dua kali (1999  dan 2014). Tidaklah mengherankan apabila Prabowo akan berjuang habis-habisan untuk meraih kursi presiden dalam pemilu tanggal 9 Juli 2014 nanti.

Sementara itu, kalau PDI-P salah memasang calon wakil  presiden (cawapres) yang akan mendampingi Jokowi, maka ada kemungkinan PDI-P akan kedodoran menghadapi militansi Gerindra. Mungkin suara untuk Jokowi akan beralih kepada Prabowo dengan catatan apabila Prabowo dapat merangkul tokoh senior seperti Jisuf Kalla (JK) atau Mahfud MD sebagai cawapresnya.

Barangkali untuk menandingi Prabowo, PDI-P dapat mendekati Partai Demokrat  PD) yang memiliki Pramono Eddie Wibowo, seorang purnawirawan jenderal mantan KSAD. Namun hal ini mustahil dilakukan karena tampaknya Megawati enggan berkoalisi dengan PD,  "dendam kesumat" nya kepada SBY masih belum sirna. Alhasil, cawapres untuk J0kowi akan ditentukan oleh Megawati, karena Jokowi tidak punya opsi untuk memilih sendiri sesuai dengan keinginannya. Dan apabila Megawati salah pilih, maka ada kemungkinan Jokowi tetap akan jadi gubernur DKI sampai tahun 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun