Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia dalam NGC

19 November 2014   13:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tayangan NGC (National Geographic Channel) tanggal 18 November 2014 pukul 20.00 sampai dengan 21.00, dalam acara Don't Tell My Mother, Indonesia menjadi sorotan pemirsa TV berbayar. Daerah yang diliput adalah Aceh, Jogyakarta, Jakarta, Kalimantan dan Jawa Timur.

Aceh diliput mengenai operasi Polisi Moral yang melakukan razia pada waktu malam hari. Polisi Moral adalah "polisi" yang mengawasi hukum syariah yang berlaku di Aceh. Dalam tayangan itu ada beberapa orang pedagang kaki lima (PK) yang protes atas razia yang dilakukan oleh Polisi Moral tersebut. Akibat adanya razia, semua pelanggannya pada kabur tanpa membayar. Mereka protes karena dirugikan. PKL yang masih remaja ini lalu diborgol dan dibawa ke kantor Polisi Moral.

Dalam penggeledahan terhadap lapak mereka didapati sebuah botol kosong wiski.Dan hukuman untuk minuman keras ini adalah hukum cambuk, walaupun mereka hanya memiliki sebuah botol kosong. Alasan diberlakukannya hukum syariah secara ketat adalah supaya Aceh tidak dilanda bencana lagi. Mereka menganggap bahwa tsunami yang terjadi pada tahun 2004 adalah akibat perbuatan maksiat sebelumnya, kata sang komandan Polisi Moral yang berkumis tebal.

Liputan kedua sebenarnya bukan Jakarta melainkan pemakaman mewah di San Diego Hill, Karawang, Jawa Barat. Direktur wanita pemakaman tersebut tiba dengan helikopter yang membuat takjub reporter NGC. Pemakaman seluas 500 hektar itu akan memuat 5 juta makam. Targetnya akan tercapai dalam waktu 7 tahun, entah sejak kapan. Di area pemakaman ini ada kolam renang, restoran Italia, aula, dan tempat ibadah. Harga tanah paling mahal yang berada diatas bukit adalah 20.000 dolar AS atau setara dengan Rp Rp 240 juta per m2 ! Sampai-sampai sang reporter geleng-geleng kepala.

Liputan ketiga adalah tempat ibadah yang ada di dalam sebuah salon kecantikan di Jogyakarta. Reporter NGC gunting rambut disini. Salon ini dimiliki oleh seorang waria. Dan pada saat sholat Jum'at dialihfungsikan menjadi mushola. Beberapa orang melakukan sholat disini. Mereka semua terdiri dari waria, kecuali imamnya seorang ustaz laki-laki. Mereka juga akan naik haji sesuai dengan "jender" masing-masing dan sesuai dengan kemampuan mereka.

Liputan keempat adalah hutan tropis Kalimantan yang mulai digunduli dan berganti dengan perkebunan kelapa sawit. Akibatnya nyawa orang utan yang 90 % habitatnya berada di Kalimantan menjadi terancam. Masih untung ada LSM yaitu International Animal Rescue yang berupaya untuk menyelamatkannya. Dari Kalimantan, NGC meliput perkebunan kopi luwak yang katanya, ikut melestarikan kebun dan satwa, menggabungkan penyelamatan satwa dengan bisnis. Perkebunan kopi di Jawa Timur ini melindungi dan memelihara luwak dan memberi makan dengan buah kopinya.

Sayangnya saya tidak dapat mencatat waktu pembuatan film ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun