[caption id="attachment_229118" align="aligncenter" width="602" caption="jalan-jalan di Bahrain ketika peringatan national day dok. djiwenk"][/caption] Haiii... kawan! Lama tak menyapamu, kamu baik-baik saja kan kawan? Maafkan aku telat berkabar kepadamu. Padahal aku tau kamu selalu memintaku untuk menulis kabar kepadamu, tak terasa tahun ini pun akan berlalu aku selalu mempunyai banyak cerita dibulan desember, bagiku desember selalu istimewa. Semalam angin kencang berselimut debu memeluk gurun ini, saat ini negri yang aku tumpangi seharusnya sudah musim dingin, tapi ternyata alam berkata lain cuaca tidak menentu, terkadang dingin terkadang biasa-biasa saja. Bedera-bedera dan umbul-umbul hitam masihlah terpancang disetiap sudut perkampungan kaum syiah disini. bulan ini masihlah muharam, muharam adalah bulan duka bagi mereka kaum syiah, luka-luka haidar bekas goresan pedang di kepala merekapun pun mungkin barulah sembuh. Pohon-pohon di sepanjang jalan dihiasi dengan lampu-lampu cantik yang berwarna merah dan putih, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan dinegri ini. Politik di negri yang aku tumpangi ini belumlah bisa dikatakan stabil, demonstrasi kecil-kecilan kadang masihlah ada dibeberapa daerah di akhir pekan. awal-awal kerusuhan dulu kami merasa was-was dengan kondisi ini, tapi seiring waktu berlalu sepertinya itu sudah hal yang biasa bagi kami. Polisi dan tentara di negri ini lebih kuat dari ormas kok, jadi kamu jangan khawatir kawan. Ribuan tenda-tenda dibuat di padang pasir untuk berkemah, berbagai macam fasilitas lengkap layaknya sebuah rumah mereka bawa ke tenda-tenda perkemahan mereka itu. Gurun itu berubah menjadi sebuah perkampungan baru, ramai sekali di akhir pekan. [caption id="attachment_229121" align="aligncenter" width="695" caption="pohon-pohon yang dihiasi lampu-lampu dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229124" align="aligncenter" width="664" caption="Bendera-bendera hitam di perkampungan syiah dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229127" align="aligncenter" width="576" caption="Haidar di Bahrain dok. Ahmed Jassim"]
[/caption] [caption id="attachment_229129" align="aligncenter" width="640" caption="Tenda-tenda di perkemahan orang arab dok.djiwenk"]
[/caption] Aku sekarang sudah tidak di
Manama lagi kawan, jadi langit-langit Manama yang biasa aku ceritakan kepadamu dulu sudah tidak pernah aku lihat lagi sekarang. Minggu lalu aku mendapatkan undangan special dari seorang kawan yang rumahnya disekitar Manama, undangan kerumahnya untuk makan dengan sayur daun singkong, bagi kami para perantau daun singkong adalah makanan sangat special, makanan itu yang mengingatkanku pada kampung halaman sehingga aku menulis kabar kepadamu. Sepulang dari rumah kawan itu aku sempatkan untuk berputar-putar di sekitar Manama. tak tau kenapa perhatianku tertuju pada para pekerja-pekerja kasar di sini. sebenarnya aku ingin sekali ngombrol dengan rekan-rekan sebangsa yang berada dirumah-rumah juragan arab itu. tidak ingin mengusik kehidupan mereka, hanya sekedar ingin menanyakan kabar, apakah mereka baik-baik saja? tapi rasanya itu tidak mungkin kawan, kehidupan mereka sangatlah tertutup. Tempat pertama yang aku kunjungi adalah sebuah camp tempat para buruh bangunan itu berkumpul, aku hanyalah melihat-lihat kesibukan mereka saja disitu, dibalik bangunan-bangunan megah disini ada orang-orang yang jauh dari negri-negri lain yang membuatnya. terus aku berjalan kaki mengelilingi Manama seharian, siang itu aku duduk-duduk bersama para petugas kebersihan. ngobrol dengan bahasa yang sebenarnya sangat susah aku mengerti karena mereka hanya tau bahasa inggris sepatah dua patah kata saja, kami ngobrol dengan bahasa campur-campur inggris, arab dan urdu sebisaku. kami ngobrol 'ngalor ngidul' disela-sela istirahat siang mereka itu. [caption id="attachment_229134" align="aligncenter" width="664" caption="Perahu-perahu penangkap ikan di Bahrain dok. djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229135" align="aligncenter" width="664" caption="Ikan-ikan yang akan di angkut di mobil dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229136" align="aligncenter" width="664" caption="Para nelayan sedang menyulam jala dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229138" align="aligncenter" width="664" caption="Ikan Zahidul yang baru saja direbus dok.djiwenk"]
[/caption] Kemudian kulanjutkan lagi perjalananku menuju kesebuah pelabuhan para penangkap ikan. disitu kembali kujumpai para pekerja  yang umumnya dari asia selatan. perahu-perahu penangkap ikan berjejer-jejer berhimpitan. para nelayan-nelayan sibuk dengan aktifitas mereka. menurunkan ikan-ikan dari kapal mereka untuk di angkut ke mobil-mobil, merajut jala-jala, memperbaiki kapal-kapal yang rusak. Hari itu mungkin aku adalah satu-satunya orang dari asia tenggara yang menjamah tempat itu. karena semua buruh-buruh itu adalah orang-orang dari asia selatan dan hanya beberapa orang arab yang biasanya adalah bos-bos para nelayan-nelayan dari asia selatan itu. dari kejauhan aku dengar teriakan orang arab yang mememarahi pekerjanya, dia 'nyerocos' dengan bahasa arab yang sepertinya buruhnya itupun tidak 'mudeng' dengan apa yang disuruhnya. "
mafii maklum? mafii maklum?... you dont understand ! !?" teriaknya keras setelah kehabisan kata-kata. Orang yang di bentak-bentaknya pun tak bergeming tetap sibuk merajut jala, tiba-tiba ada suara memangilku dari kejauhan. "
halow kawan apa kabar?" sapa salah seorang nelayan disitu. "Oohh...
baik..baik..." sahutku kaget. "
dari mana? Indonesia atau malaysia?" Â tanyanya. "
saya dari indonesia, kok bisa tau?" penasaran karena tidak disangka orang Filipina. "
tau lah .. saya lama kerja di Malaysia dulu" sahutnya. Biasanya memang untuk orang-orang yang telah lama mengenal suatu suku bangsa bisa membedakan meskipun kedua bangsa itu mirip-mirip seperti misalnya Indonesia dan Filipina itu tadi, atau meskipun sama-sama arab akan tetapi antara arab GCC, Lebanon dan Mesir itu mempunyai spesifikasi yang berbeda-beda baik secara bahasa ataupun fisik. atau contoh lain juga kalau Korea,China dan Jepang itu berbeda. bagi orang yang awam tentu akan diangap sama. Diarab sini ternyata ada beberapa pekerja yang dulunya bekerja di Malaysia mereka biasanya orang-orang dari Bangladesh atapun Nepal, mereka-mereka itu biasanya mengenal bahasa Melayu jadi mereka sering ngajak ngobrol dengan bahasa melayu kalau tau aku dari Indonesia. Pekerja dari Bangladesh yang aku temui itu ternyata mempunyai insting yang sangat bagus, tidak mengira kalau aku orang dari Filipina. dia bernama Zahidul seorang nelayan yang sudah tiga tahun disini setelah sebelumnya kerja di Malaysia. Waktu itu Zahidul sedang merebus ikan yang hanya dikasih garam untuk makan siangnya, prihatin sekali aku melihatnya. Inilah negri arab yang menjadi tujuan orang-orang dari berbagai penjuru dunia untuk mencari nafkah kawan.Dimana banyak sekali gedung-gedung mewah, mobil-mobil bagus keluaran terbaru tapi ternyata dibalik itu semua tersimpan merekaa-mereka yang dibayar sangat rendah seperti pekerja-pekerja dari asia selatan itu dan saudara-saudara kita yang bekerja dirumah tangga. Kawan disini dulu ceritaku kali ini, akan kulanjutkan lagi ceritaku dilain hari. [caption id="attachment_229139" align="aligncenter" width="664" caption="para buruh di camp bangunan dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_229140" align="aligncenter" width="664" caption="Orang Bangladesh sedang bersih-bersih dok.djiwenk"]
[/caption] Riffa, 12 Desember 2012 * mafii maklum ?= kamu ngak ngerti ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya