[caption id="attachment_121384" align="aligncenter" width="634" caption="shalat jumat di Manama, Bahrain dok.djiwenk"][/caption] Hari itu pertamakalinya saya akan shalat jumat di negri arab. tak terbayangkan seperti apa kira-kira berada dalam rumunan orang-orang arab yang berbaju (thob) jubah putih-putih itu pikirku waktu itu. Hamparan karpet tebal kental dengan nuansa arab menyambutku dengan suasana dinginnya masjid yang bertolak belakang dengan suasana luar yang panasnya bagai tungku pembakaran. Aku masih terkagum-kagum dengan nuansa arab masjid yang tertutup rapat horden jendelanya. Baju koko lengan panjang, sarung kotak-kotak, peci hitam versi pak penghulu mau mengijabkan pengantin, yang jelas indonesia sekali waktu itu dandananku. Beberapa orang india akan sedikit aneh mungkin melihatnya, karena mereka juga punya sarung tapi biasanya tidak dipakai untuk shalat jumat seperti ini. [caption id="attachment_121362" align="aligncenter" width="300" caption="khutbah jumat sedang berlangsung. dok.djiwenk"]
[/caption] Azan sudah mulai berkumandang, dan ternyata saya tidaklah berada dirumunan orang-orang berjubah putih dalam perkiraan saya tadi, tapi berada dalam rumunan orang-orang yang setiap ngomong selalu geleng-geleng kepalanya. Kalau ngak mereka akan geleng, kalau setuju juga geleng bingung dah tuhh.... yah mereka orang-orang dari asia selatan kebanyakan. India, Pakistan, Bangladesh dan sebagian lainnya campuran dari beberapa negara lain. Sementara itu penduduk lokal arabnya hanyalah sebagian kecil, yang kalau di presentasikan mungkin orang-orang dari asia selatan itu mencapai sekitar 80 persen dari semua isi masjid yang bisa menampung lebih dari 3ribu jemaah itu. dan orang Indonesia sepertiku mungkin hanya ada dalam hitungan jari kurang lebihnya, karena memang di Bahrain tidaklah terlalu banyak orang Indonesianya seperti di beberapa negara Gulf lain, apa lagi Saudi Arabia. Dari Azan, Khutbah sampai Shalat ritualnya sama seperti di Indonesia, hanya khutbah jumatnya yang memakai bahasa arab yang belum aku mengerti artinya waktu itu, sama persis tidak mengertinya aku  ketika shalat jumat pertama kalinya di Bandung di daerah kosambi, beberapa tahun lalu karena memakai bahasa sunda halus. [caption id="attachment_121383" align="aligncenter" width="300" caption="selesai shalat jumat dok.djiwenk"]
[/caption] Setelah shalat selesai tiba-tiba seorang india langsung menyambar
mike (pengeras suara)Â dan mengartikan khutbah jumatnya itu dalam bahasa Inggris dengan lidah Indianya yang kental, Inggris
indian version begitulah kurang lebih. Kemudian setelah selesai tak mau ketinggalan bahasa urdu juga langsung bersanding mengartikan khutbah jumat tadi untuk orang-orang dari Asia selatan itu, yang saling mengerti dengan bahasa itu. Â Dan sekarang malah cuma bahasa urdu itu saja yang sering dipakai setelah shalat jumat. Bahasa inggris tak lagi pernah terdengar. Sebenarnya ada satu masjid di Bahrain (Al Fateh mouseq) yang khutbahnya memakai bahasa inggris, tapi itu jauh dari tempat tinggalku jadi mending ke masjid yang dekat rumah saja tingal jalan kaki. [caption id="attachment_121365" align="aligncenter" width="300" caption="tempat penyimpanan sandal dan sepatu dok.djiwenk"]
[/caption] Shalatpun selesai semua berdesak-desakan berebut pintu seolah-olah tidak akan kebagian pintu keluar seperti lumrah terjadi dimana-mana. mencari sandal dan sepatu masing-masing dan selama disini tidaklah terlalu menghawatirkan kalau sandal saya akan hilang meskipun tingal tarok begitu saja. lain halnya seperti di indonesia yang sampai ada penitipan sandal segala untuk masjid-masjid besar. Yang mengherankan adalah kemudian suasanana akan berubah seperti pasar sayur. Bapak-bapak itu akan menyerbu penjual-penjual buah dan sayur yang sudah bersiap dari sebelum mulai shalat jumat tadi, persis seperti emak-emak belanja. [caption id="attachment_121385" align="aligncenter" width="663" caption="shalat jumat dan belanja buah dok.djiwenk"]
[/caption] [caption id="attachment_121373" align="aligncenter" width="672" caption="belanjapun dimulai dok.djiwenk"]
[/caption] Jawaban dari rasa penasaran saya mengapa tidak banyak orang arab shalat jumat itu akhirnya saya dapat setelah hari-hari berlalu tinggal disini. Saya tinggal di Manama, ibukota Bahrain yang kebanyakan dihuni oleh muslim syiah yang menjadi mayoritas di Bahrain. Muslim syiah mempunyai masjid sendiri yang berbeda dengan muslim sunni ( muslim seperti Indonesia pada umumnya). dan biasanya teman-teman saya yang syiah tidak melakukan shalat jumat kalau di Bahrain sini, tidak merupakan keharusan atau mereka harus shalat di masjid syiah saya kurang paham. sedangkan warga sunni biasanya berada di daerah lain biasanya di Riffa. Salam Selamat akhir pekan. Manama, 8 juli 2011 Gambar dok. pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya