Beberapa hari lalu sempat viral di media sosial tentang cuitan politisi partai Demokrat Jansen Sitindaon tentang ATM dengan nominal Rp 20 ribu. Cuitan itu kemudian mendapatkan banyak respon dari para netizen yang menginginkan adanya ATM dengan pecahan Rp 20 ribu. Â ATM 20 ribuan masih ada dibeberapa kota-kota besar dan banyaknya di kampus-kampus yang lebih membidik mahasiswa-mahasiswa atau anak kost dan pekerja-pekerja yang berpenghasilan menengah kebawah.Â
Sebenarnya, Kita tentu terkadang membutuhkan uang pecahan yang  lebih kecil ketika habis tarik tunai dari ATM dan kalau kita belanjakan cuma sedikit yang ada si penjualnya malah jadi sewot dikiranya kita yang nyari recehan, ditenggah majunya dunia IT sekarang ini kenapa bank-bank di Indonesia sangat lambat merespon kebutuhan masyarakat sesperti contoh kasus tersebut.Â
Di banyak negara sekarang sudah ada ATM yang nilai nominalnya tidak hanya satu dalam satu mesin ATM. Sebagai contoh kalau di Indonesia misalnya, akan ada pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu dan pecahan Rp 20 ribu. Nah ketika kita akan tarik tunai Rp 500 ribu misalnya. Uang yang akan keluar adalah 3 pecahan Rp 100 ribu, 2 pecahan Rp 50 ribu dan 5 pecahan Rp 20 ribu atau tergantung gimana bank menyetting mesinnya.
Kalau harus menyediakan uang dengan nominal nilai kecil yang lebih banyak tentu bank akan kesusahan mencarinya seperti halnya pecahan Rp 20 ribu itu, dan pastinya akan cepat habis karena nilainya yang kecil tapi dengan bercampur seperti itu saya rasa baik bank dan customer akan terbantu. Karena dari pihak bank tidak harus menyediakan pecahan kecil dalam jumlah yang lebih besar dan customer terbantu karena kebutuhannya akan nilai nominal yang lebih kecil terpenuhi.
Selain itu dinegara-negara yang mempunyai banyak turis atau ditinggali orang-orang dari berbagai kewarga negaraan, biasanya akan tersedia mesin-mesin ATM yang tidak hanya mempunyai satu mata uang saja. biasanya akan ada mata uang US Dolar, Euro dan juga mata uang lokal dinegara tersebut. jadi mereka yang memerlukan Dolar atau Euro tidak harus menukarkannya kembali ke money changer apa lagi kalau kita lagi traveling US Dolar dan Euro akan lebih diterima di negara lain kalau kita akan melanjutkan perjalanan ke negara lainnya.
Lama tinggal di Bahrain membuat saya kaget ketika mengunakan layanan perbankan di Indonesia yang semua-mua harus keluar duit seperti contohnya tarik tunai antar ATM, kalau mau mendapatkan notifikasai SMS, belum kalau mau pakai E banking dan berbagai macam layanan seperti itu yang biasanya saya dapatkan gratis di Bahrain. Berapa juta saja dalam sebulan uang yang sudah diambil dari customer tanpa mereka menyadarinya. Mungkin BI harus berbuat sesuatu deh biar masyarakat yang menyimpan uangnnya di bank tidak habis diporoti untuk biaya-biaya sepele seperti itu. Karena diera seperti sekarang ini layanan perbankan itu sudah seperti sebuah kebutuhan, tapi yang ada palah terjerat dengan biaya-biaya yang seharusnya tidak dibebankan ke customer.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H