[caption id="attachment_281605" align="aligncenter" width="576" caption="Kepala Budha yang dililit akar pohon di Ayutthaya"][/caption] Jakarta, 03 Maret 2013 Gerimis menyiram Jakarta tiada henti sedari malam. Hari masih subuh, mata ini masih ingin dipejamkan, badan saya juga masih terlalu capek setelah penerbangan dari Bahrain ke Jakarta ditambah transit di Qatar 4 jam lamanya dihari sebelumnya, tetapi saya harus bangun untuk penerbangan ke Bangkok pagi itu. Sungguh saya masih ingin tidur sebenarnya. Terminal tiga bandara Soekarno Hatta pagi itu sudah ramai oleh para penumpang, ditenggah kantuk saya ternyata saya harus menerima informasi yang menyebalkan karena pesawat harus delay. Setelah menunggu kurang lebih 30 menit Pesawat murahan yang saya tumpangi pagi itu akhirnya terbang menembus gumpalan-gumpalan mendung diantara gerimis yang masih terus berderai. Dalam hati sudah saya niatkan untuk tidur selama penerbangan kali ini. tapi ternyata suara gaduh orang-orang disekitar saya dan pramugari yang berkeliling menawarkan dagangannya yang seolah mengingatkan saya pada para ibu-ibu pedagang asongan diterminal-terminal bus ("jeruk-jeruk... tahu... kacang....!!!") itu yang membuat rencana indah saya tertunda. Setelah orang-orang disekitar saya yang tadinya gaduh selesai menyantap makannya suasana akhirnya hening. Saya jadi bertanya dalam hati (apa mereka tadi itu kelaperan?) Saya dibangunkan oleh orang disebelah saya karena kami sudah akan sampai di Bangkok. dia juga yang berbaik hati memintakan kartu kedatangan karena saya masih tidur saat dibagikan kartu itu tadi. tepat pukul 10 pagi waktu Bangkok kami mendarat di kota yang tahun ini menjadi tempat terfavorite tujuan wisatawan didunia itu. [caption id="attachment_281606" align="aligncenter" width="576" caption="ini suasana didalam kereta"]
[/caption] [caption id="attachment_281607" align="aligncenter" width="576" caption="Salah satu
candi di Ayutthaya"]
[/caption] [caption id="attachment_281608" align="aligncenter" width="576" caption="Sungai Chao Praya di Ayutthaya"]
[/caption] Hari itu sebenarnya saya tidak mempunyai rencana yang jelas mau pergi kemana. Saya sudah booking hotel di Bangkok tapi untuk hari besok. Sebagai solo traveler saya tidak pernah mempunyai rencana yang jelas, dan ini palah yang membuat saya senang, bisa kemana-mana tergantung keinginan saya saat itu tanpa harus kompromi kepada kawan seperjalanan yang lain. Terbesit keinginan untuk mengunjungi Siem Reap di Kamboja, tapi rencana itu saya gagalkan karena rasanya tidak cukup untuk kesana hanya dalam waktu satu hari. ada dua pilihan dalam pikiran saya waktu itu, Ayutthaya atau Pattaya. Setelah menanyakan ke petugas pariwisata di Don Muang Air port sepertinya transportasi keAyutthaya sangat gampang dari situ. dengan mantap akhirnya saya putuskan untuk menuju kesana. Saya berjalan menuju ke stasiun kereta api yang sangat dekat dari situ. Waktu itu saya hanya membayar 10 Bath ( kurang lebih Rp 3000-Rp 3500) untuk tiket kereta api ekonomi dari Don Mueang Airport ke Ayutthaya, Sedangkan tiket dari stasiun Hua Lamphong tiketnya seharga 15 Bath. Setelah menunggu tidak begitu lama keretanyapun datang, keretanya mengigatkan saya akan kereta api ekonomi di Indonesia, tidak ber AC tapi cukup bersih dan nyaman untuk ukuran transportasi yang semurah itu, banyak juga turis asing yang mengunakan transportasi ini. Sebenarnya ada juga pilihan lain yaitu bus atau mini van (bus yang kecil) dari Bangkok. Ayutthaya adalah pusat kerajaan Siam dimasa lampau. Pernah menjadi kota terbesar didunia pada masa kejayaannya, namun harus luluh lantak karena serangan dari kerajaan Burma dan menyebabkan runtuhnya kerajaan itu. Yang menjadi daya tarik di Ayutthaya adalah reruntuhan candi-candi kuno yang dibiarkan begitu saja, disalah satu candi itu ada kepala budha yang dililit oleh akar pohon yang menjadi candi yang selalu dicari oleh wisatawan, selain itu juga disitu ada pasar apungnya. Hamparan sawah-sawah, rumah-rumah penduduk
thailand dan suasana yang hampir sama dengan daerah-daerah di Indonesia yang menjadi pemandangan sepanjang perjalanan yang kurang lebih 2 jam. Sampailah saya di stasiun kereta api di Ayutthaya. Saya menanyakan informasi tentang Ayutthaya kepusat informasi di Stasiun kereta api itu, yang membuat saya salut kepada negri Si gajah putih ini adalah nampaknya mereka begitu sadar betul akan potensi dunia pariwisata ini.Mereka menyediakan Pusat informasi untuk wisatawan ini dimana-mana, begitu juga dengan peta lokasi ini sangat gampang kita dapatkan. Saya hanya berjalan kaki untuk menuju ke penyebrangan kapal yang akan membelah sungai Chao Praya dari stasiun kereta api situ. Ayutthaya memang di kelilingi sungai jadi hampir mirip seperti pulau. Sungainya mengingatkan saya pada sungai-sungai di Sumatra, seperti sungai Musi atau sungai Tulang Bawang. Saya hanya membayar 3 bath untuk menyeberang sungai itu. [caption id="attachment_281616" align="aligncenter" width="576" caption="Saatnya bersepeda"]
[/caption] Hari itu Ayutthaya tidaklah terlalu panas, mendung tipis berarak-arak di langit-langit Ayutthaya. Saya memutuskan untuk bersepeda saja mengelilingi tempat-tempat di Ayutthaya  Saya hanya membayar 30 bath saja, Setelah tadinya mendapat tawaran dari para supir tuk-tuk yang sangat mahal untuk keliling Ayutthaya ini. Ditempat penyewaan sepeda saya bertemu dengan dua turis Jepang yang tadi satu bangku dengan saya di kereta. Kemudian setelah ngobrol-ngobrol kami jalan bareng bersepeda mengelilingi candi-candi di Ayutthaya. Ditempat ini begitu banyak candi, selain itu juga banyak sekali saya temui anjing-anjing dimana-mana. ketika dalam perjalanan kami bertemu dengan dua orang kawan lainnya yang asli
Thailand. Mereka dari Bangkok yang kebetulan hari itu juga sedang berkeliling Ayutthaya dengan sepeda seperti kami. Mereka yang menawarkan diri untuk pergi bersama. Sebagai turis asing terkadang kami terkendala masalah bahasa ketika menanyakan arah kepada penduduk setempat dimana tempat yang akan kami tuju. kedua teman baru yang asli orang Thailand tadi sangat membatu kami dalam perjalanan ini. [caption id="attachment_281609" align="aligncenter" width="576" caption="salah satu candi di Ayutthaya"]
[/caption] [caption id="attachment_281610" align="aligncenter" width="576" caption="candi di Ayutthaya"]
[/caption] [caption id="attachment_281611" align="aligncenter" width="576" caption="Suasana di pinggir sungai di Ayutthaya"]
[/caption] [caption id="attachment_281612" align="aligncenter" width="576" caption="Bunga yang mirip sakura"]
[/caption]
Kami berlima bersepeda sambil ngobrol-ngobrol dan saling bercerita tentang negara masing-masing.
"Apakah Sakura itu seperti ini Daiki? "
tanyaku kepada Daiki yang dari Jepang, ketika dijalanan melihat pohon yang berbunga-bunga seperti sakura.
"Hahaahhaaa..... agak mirip tapi ini bukan Sakura. Datanglah ke Kyoto, disana sangat bagus kalo musim sakura"
jawabnya kepadaku.
" Yahh.. semoga suatu hari nanti..."
jawabku.
Bersepeda selama kurang lebih 5 jam itu sangat melelahkan. tapi diselingi perbincangan dan candaan-candaan dari teman-teman baru itu tadi yang membuat perjalanan ini sangat berkesan.
Menjelang senja tiba, kami berlima memutuskan untuk menyudahi perjalanan kali ini. Kedua teman dari Thailand itu sangat baik, mereka yang mengantar kami ketempat penyewaan sepeda tadi yang mungkin kalau kami sendiri yang mencarinya akan memakan waktu yang sangat lama karena kami sudah berada ditempat yang cukup jauh dari tempat penyewaan sepeda itu. sedangkan mereka, menyewa sepeda dari tempat penyewaan yang lain. Daiki dan Ryuji yang dari Jepang memutuskan untuk kembali ke Bangkok dengan kereta, Sedangkan Jitgasem dan temannya yang orang thailand itu masih mau bertemu dengan kawannya di Ayutthaya dan akan kembali ke Bangkok Malam harinya. Kawan Jitgasem namanya sangat susah untuk saya hafal, berkenalan di facebookpun namanya mengunakan huruf thailand. jadi lengkap sudah saya tidak bisa mengenalnya sampai sekarang karena bahasa inggrisnya juga sangat terbatas. Saya merasa sangat kehilangan sore itu, ditinggal kawan-kawan baru saya ditempat itu sendirian. Akhirnya saya berjalan untuk mencari penginapan yang sudah saya googling sebelumnya. setelah bertanya-tanya akhirnya saya temukan juga, Guest housenya cukupnyaman letaknya tidak terlalu jauh dari pasar Ayutthaya, Saya hanya membayar 250 bath (kurang lebih Rp 80 000)untuk satu malam disitu. Dimalam hari Ayutthaya begitu sepi, tapi cukup banyak para backpapcker disitu. Malam itu saya menikmati segelas thai ice tea dan sepiring makanan ringan di sebuah cafe yang terbuka didekat penginapan. Ada hiburan berupa pertunjuka live music gratis dari band lokal yang cukup menghibur disitu. Malam itu lagu Bad romance dari Lady Gaga dimainkan oleh band lokal, seorang wanita bule setengah baya berjoget-joget setengah sepoyongan sambil mebawa chang atau bir thailand ditangannya, Sementara lolongan anjing terdengar jelas dari kejauhan. Pukul sebelas malam akhirnya saya kembali kepenginapan dan tidur. Keesokan harinya tidak begitu banyak aktifitas yang saya lakukan, hanya berkeliling-keliling sekitar penginapan dan akhirnya kembali keBangkok sekitar pukul 1 siang dengan mengunakan kereta api juga. [caption id="attachment_281613" align="aligncenter" width="576" caption="sleeping budha di Ayutthaya"]
[/caption] [caption id="attachment_281614" align="aligncenter" width="576" caption=" Saya, Ryuji, Daiki dan jitgasem. ini nonggol nanati kalau ngak ada photo ada yg bilang hoax"]
[/caption] [caption id="attachment_281617" align="aligncenter" width="576" caption="patung ayam jagonya banyak"]
[/caption] Semua photo dokumen pribadi penulis. maaf nama-nama candinya selain banyak juga susah diingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya