Mohon tunggu...
Djiwenk
Djiwenk Mohon Tunggu... Administrasi - Tersesat di gurun

IG : bh_duy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Cuma Jadi Jago Kandang

5 Januari 2010   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_48566" align="alignleft" width="300" caption="Foto"][/caption] "lebih baik hujan batu di negri sendiri dari pada hujan emas di negri orang" Uhhh itu lagi.... itu itu lagi... pikirku membaca dua komen di facebook dari teman-temanku yang baru saja tau kalau aku sekarang sudah tidak di Indonesia lagi. " Dunia tidak selebar daun kelor jadi aku  tidak mau cuma hidup sampai mati cuma tau kampung tulang bawang saja" balas comment ku sedikit gemes. Masak iya di hujani batu mau diem aja. atau kerja di indonesia dengan gaji mepet pas pasan sekalipun itu cuma buat makan diem aja, kalau ada solusi lain kenapa engak?? Sayangnya semua orang pengennya jadi boss. hal itu memang bagus buat motivasi tapi juga harus realistis dengan keadaan kita. Ekspatriatisasi indonesia atau tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negri memang masih jamak dibidang informal dan itu di banjiri oleh tenaga-tenaga wanita. Ibu-ibu rumah tangga harus merelakan berpisah dengan anaknya yang masih kecil-kecil demi untuk membantu perekonomian keluarga, karena itulah sebuah solusi bagi mereka. Agen-agen PJTKI menjamur di indonesia mereka berusaha sebanyak mungkin mengirimkan TKW keluar negri tanpa memikirkan nasib mereka. karena semakin banyak TKW yang dikirim maka akan semakin banyak fulus yang akan mereka terima. Mengapa wanita menjadi komoditas utama karena wanita mudah diserap pasar yaitu untuk rumah tangga dan industri syahwat yang memakai berbagai kedok. Mereka bisa dengan gampang diberangkatkan keluar negri dan bahkan ada yang mendapat uang sebelum terbang, meskipun calon TKI itulah nanti yang bakalan diperas juga. tanpa memikirkan nasib mereka, tanpa tau bahasa asingpun orang-orang yang masih lugu dan awam dari kampung itupun bisa bekerja diluar negri. Di Middle east sini sebenarnya tidak semua orang kaya, tapi ada saja cara mereka untuk mengelabui petugas imigrasi untuk bisa mendatangkan pembantu. bahkan punya pembantu ada yang di bilang sebagai gengsi juga. Mereka lebih suka orang indonesia karena menurut mereka orang indonesia itu baik, rajin, muslim dan berbagai alasan lain. Orang-orang yang tidak kaya tersebut biasanya yang tidak berpendidikan dan bersikap arogan. mungkin cerita penyiksaan ataupun kaburan itulah berawal dari sini. Sedangkan mereka-mereka yang kaya, mereka pasti berpendidikan dan mereka tidak ada masalah dengan bahasa inggris jadi lebih baik ngambil pembantu-pembantu dari philiphin yang tidak usah ribet ngurusin bahasa karena mereka sudah mengerti bahasa inggris. Tapi sebenarnya agen-agen atau calo-calo itulah yang merusak pasaran kerja di indonesia. mereka biasaya mematok biaya mahal untuk para calon TKI padahal dari perusahaan atau majikan semua sudah dibiayaai, bahkan kadang perusahaan sudah memberi uang tapi pekerjanya tida dikirim atau mereka malah mengirim orang yang tidak tau apa-apa karena mau membayar mereka. Heranya adalah semua perijinan ataupun birokrasi indonesia gampang kalo sudah berbau calo-calo itu, akan lain halnya kalo kita urus sendiri bisa belibet. Belum lagi cerita terminal tiga itu yang menurut saya sudah menggangap sebelah mata seseorang. Setelah aku melihat dunia luar, dunia selain Indonesia maksudku. Aku baru sadar kalau semua orang itu disini berlari, tidak ada cerita diam. mereka semua memberanikan diri keluar dari negaranya datang dari berbagai macam penjuru dunia untuk berkompetisi dalam kehidupan ini. itu mungkin artinya banyak sekali orang-orang yang butuh pekerjaan di dunia ini atau memang mereka adalah para petarung-petarung sejati yang tidak cukup puas hanya menjadi jago kandang di negrinya saja. Ekspatriatisasi indonesia sekarang sudah berubah. ada yang bilang begitu. Orang indonesia mulai bekerja di Perhotelan, retail, Oil&Ga, rumah sakit dan bidang-bidang lain. bahkan orang indonesia ada yang jadi arsitek,dokter,ahli IT bahkan dosen juga di negri orang. tapi jumlah mereka itu tidak signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti halnya Philipin ataupun India yang tenaga kerja luar negrinya sangat banyak sekali di Middle east sini. bahkan negara-negara yang di tuju pekerja indonesia seperti malaysia ataupun singapura, profesionalnya juga banyak loh yang bekerja di middle east sini . Tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan orang-orang india yang hampir di semua lapisan masyarakat di dunia ada. mulai yang tajir sampai yang kere juga ada. karuan saja kalo pertumbuhan ekonomi mereka mencapai 7,9% di jaman susah seperti ini. Aku berharap Akan semakin banyak tenaga terampil ataupun profesional indonesia yang bekerja diluar negri, jangan terlalu bangga setelah punya posisi nyaman di negri sendiri, masak kalah nyalinya sama pembantu, sehingga semakin banyak uang yang dikirim ke indonesia untuk membangun negri kita itu biar mampu bersaing dan itu akan mengharumkan nama bangsa dari pada kita harus mengirim orang-orang yang Jangan takut bersaing dengan orang asing mereka juga manusia kok. semua pasti bisa. Nyari Kerja keluar negri itu gampang-gampang susah. Tak pernah kusangka kalau hanya gara-gara sebuah walk interview di hotel akhirnya aku bisa mendaratkan kakiku di Bahrain juga. Pepatah bilang banyak cara menuju Roma untuk yang mau kerja di luar negri bisa melalui bergagai cara. melalui koneksi dari teman yang sudah bekerja diluar negri, mencari iklan di koran, buka situs di webside atau yah cari agen tenaga kerja yang bener. #Sebenarnya aku cuma mau berbagi pengalaman, setelah tadi keluar kok ternyata di bank aku ketemu dengan orang-orang asing yang bekerja, rumah sakit juga iya, eh ke mall palah juga gitu tapi yang orang indonesia belum begitu banya kalau di bandingkan philipin atau india.# Gambar di unduh dari google.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun