Pendahuluan
Perkembangan teknologi keuangan semakin pesat, dan bank sentral di berbagai negara mulai mempertimbangkan penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC) sebagai solusi masa depan transaksi keuangan. Bank Indonesia sendiri telah memperkenalkan Digital Rupiah, yang akan menjadi versi digital dari mata uang rupiah dan diharapkan dapat mempercepat digitalisasi ekonomi nasional.
Namun, apa sebenarnya CBDC? Bagaimana perbedaannya dengan uang elektronik atau kripto? Dan yang paling penting, bagaimana dampaknya terhadap sistem keuangan di Indonesia?
1. Apa Itu CBDC dan Bagaimana Cara Kerjanya?
CBDC adalah bentuk digital dari mata uang resmi suatu negara yang diterbitkan dan dikendalikan oleh bank sentral. Berbeda dengan uang elektronik seperti OVO atau GoPay yang dikelola oleh perusahaan swasta, CBDC memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Dikeluarkan oleh bank sentral Legal tender yang sah dan diakui oleh pemerintah.
b. Nilai tetap (tidak volatil seperti kripto) 1 Digital Rupiah = 1 Rupiah konvensional.
c. Bisa digunakan untuk transaksi online dan offline Menggunakan teknologi blockchain atau sistem terpusat.
Bank Indonesia melalui Project Garuda sedang mengembangkan Digital Rupiah dalam tiga fase:
- Wholesale CBDC Digunakan oleh lembaga keuangan untuk transaksi antarbank.
- Retail CBDC Digunakan langsung oleh masyarakat untuk transaksi sehari-hari.
- Integrasi dengan sistem pembayaran Berfungsi bersama QRIS dan infrastruktur keuangan lainnya.
2. Apa Manfaat Digital Rupiah bagi Indonesia?
Penerapan Digital Rupiah akan membawa beberapa manfaat besar bagi perekonomian Indonesia:
a. Meningkatkan Efisiensi Sistem Pembayaran