Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terdampar di Surga

6 Agustus 2016   11:51 Diperbarui: 6 Agustus 2016   12:14 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
copyright by bowobagus'p at bowobagusphotography.blogspot.com

judul: Terdampar di Surga

“Gas, Gas, dimana ni? Gas?”Krik krik krik... sunyi tak ada jawaban. Sekelebat bayangan mendekat dan memudar dengan cepat, seperti memukul tepat di dahi. Jarum jam di pergelangan menunjukkan tepat pukul duabelas siang lebih satu detik, 

“Eh.. loh” mataku terpaku padaputaran jarum kecil yang mendadak berbalik arah, lalu kedua jarumyang lain pun sepakat melakukan hal yang sama. Aduh, gumamku sambil mencoba berdiri. Ini pasti halusinasi! Mana mungkin jarum jambergerak tidak beraturan dengan kecepatan yang luar biasa, seperti stop watch!

“Gas! Bagas!” masih juga sunyi, tak ada jawaban kecuali pantulan gema dari lorong-lorong khayal yang mengitari badanku. Di mana aku ini? Keluhku kelu. Duabotol multivitamin layaknya cocok untuk kutenggak, tapi... kemana mereka berada? Aku lupa... 

Tring... tiba-tiba mereka hadir didepan mata, berbalut bulir-bulir air seperti baru saja keluar dari kulkas! Dua mata menolak untuk percaya, ini pasti fatamorgana! Hah! Hah! Sial! Lagi-lagi aku mengumpat, namun sungguh aneh, bibir takterbuka, pasti masih umpatan di dalam hati. Oh aku ingin berteriak keras, keras yang seungguhnya, bukan di dalam hati, hahhhh! Sekali lagi aku tak berdaya, hanya di dalam hati! Sial!

“Apakah mataku sedang terbuka?”tiba-tiba bibirku bergerak dan mengeluarkan kalimat tanya, sebuah kemajuan! Namun sungguh aneh, bukan aku yang menggerakkannya, bukan aku! Sungguh bukan aku! Bahkan ketika kucoba untuk memantikkan sebuah kata, yang keluar hanya desisan saja.

“Gas, Gas, dimana kau Gas? Tolong aku Gas!” Tik tik tik... sunyi tak ada jawaban, hanya deretan nada jam dinding yang bayangannya mendekat dan memudar dengancepat, seperti memukul tepat di kepala, aduh! 

“Hei kamu sudah sadar?”

“Hah?” aku mendengar orang bersuara, yes! Yes! Yes! Sorakku gembira. Dengan penuh kekuatan kulontarkan sebuah kalimat permintaan,

“Tolong aku! Bebaskan aku darisini, di mana kau empunya suara? Tolong lepaskan aku, lepaskan aku!”

“Hei tenanglah, tenang! Kau sudah aman disini,” jawabnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun