[caption caption="copyright by bowo bagus"][/caption]
Title: Sebait senyum dibalik pintu
“Kau itu Sri, jeritanmu sangat indah, apalagi ketika lengkingan itu mencapai desibel tujuh, oh, aku seperti terkait kaitan besar lalu terbang bebas ke angkasa.”
Srreekk srek srek… (1)
“Itu sebelum beberapa orang mengetuk pintu lalu menjatuhkan palu!”
Kriettt.. (2)
Kang Parna berdehem sebentar lalu melanjutkan ocehannya. Dari balik pintu aku hanya bisa menahan kencing yang datang seperti anak panah, makin lama makin buat resah. Inilah hari kedua sejak ia menembangkan banyak syair-syair aneh tentang seorang anak gadis yang ia beri nama “Sri”. Siapa ia? Banyak tanya yang meluncur di kepalaku, memberi rasa sakit yang datang dan pergi silih berganti, aku merintih,
“Ahhhkk!”
“Kau itu Sri, aku tahu sejak dulu, sejak kau belum lahir dan masih di dalam perut ibu! Kau, kau, kau adalah takdir Sri! Keheningan yang memicu dengus berahi para lelaki, bangsat!”
“Owhhh,” kubekap mulutku cepat-cepat, sebelum muntah. Sebatang tongkat yang tersampir bergoyang karena gerak tubuhku, membuat suara gaduh yang bergema di lorong-lorong panjang penuh kengerian,