"Iya Lis?"
"Ehm, tidak, maaf, baiklah Na, sampai nanti malam ya.."
"Oke.."
***
Bila Lisa jatuh cinta, jalan-jalan seperti tak bermasa rasanya. Selalu dekat dan tak pernah berkelok-kelok layaknya oase di tengah padang gurun. Seperti sehelai daun yang terhanyut di sungai Nil untuk bertemu mesra dengan sang pujaan di istana sang raja. Indah selalu dalam khayalan, namun tak pernah mampu dinyatakan.
Tak lama lagi harapan kan bertemu impian. Dua buah kenyataan dalam sebuah sajian makan malam. Terlalu indah untuk tidak diacuhkan, sangat sayang bila harus dilepaskan, seperti dua merpati dalam sebuah perayaan kebebasan, "Hai terbanglah bebas menuju masa yang kau idamkan.."
***
"Tok.. tok.. tok.."
"Hai Lis, ayuk masuk saja langsung..," Mona segera menggandengnya menuju halaman belakang rumah yang berpemandangan laut lepas. Di pantai tampak dua burung pelikan yang memerah wajahnya menahan gelora rindu diantara keduanya, terselimuti oleh redup senja.
Tringg (suara gelas anggur beradu)
"Hemh..."