Judul: Lagak Lagu Pakaian Dalam
Hei! Sekepul kretek, sesesap asap, masihkah kau dengar genderang itu? Lihat lah diam-diam, tajamkan perlahan, tentu kan ada dendangan. Bukan sedikit, tidak lirih, namun keras! Seperti  bebunyian balon pecah yang matikan wajah-wajah penuh warna merah darah. Kau bertanya? Kau heran mengapa?
Ah kuno! Berlagak  sajak bersaput syair, melempar tanya lalu pergi seperti air. Ini, demikianlah suratan. Kepada siapa kami menyerah ketika disesah. Untuk jawab apa ketika mulut dan tangan ditali tarian jempol yang indah. Mulutmu itu! Jempolmu itu! Ini kami sedang dibantai di tepi kolam si nabi.
Hei! Kata teman, sobatnya kawan, kawannya sahabat, aku adalah binatang yang najis. Apakah seperti kol yang orang jawa kata "kobis"? Ya, benar bila aku adalah sampah. Seperti halnya keseragaman yang sedang kau teriakkan untuk menjadi satu wajah. Namun aku bukan alien yang sedap untuk dibedah dan dipanen. Mereka ada, aku ada, kau ada, untuk siapa? Kepada siapa?Â
Hei! Sekepul kretek, sesesap asap, masihkah kau dengar ledekan itu? Sshhh.. nikmat nian mendengar sambil tiduran! Bukan aku apatis, namun inilah melodis, yang mengaburkan persoalan menjadi ocehan, yang mendendangkan sunyi menjadi roti. Untuk sarapan pagi, untuk bekal, suatu saat bila harus terbantai mati,
Ah! ini, inilah baju dalaman yang kemarin kubeli, mengapa tak kau mengerti? Adalah selalu melindungi namun tak pernah jadi berita di tivi, ialah jadi bau lalu dibuang kedalam ember cuci untuk menyerap kotor yang tak pernah kau ingini.
Hei! Teman, sobatnya kawan, kawannya sahabat, manusianya binatang, binatangnya manusia, inilah sekepul asap, sebatang kretek. Tenang, tenanglah tenang, sebab tak ada yang lain selain sececap sunyi yang diam-diam mereka kencingi, lalu diam-diam pergi.
Klaten, Â 22 Mei 2018
djeng sri sajaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H