[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]
Judul: Lagak Lagu Latah
Bruno stanby di sudut sofa, Ijah ngetem di pojok rumah, Maryem duduk manis di teras rumah, Bebi sedang sendiri menanti jemputan kekasih hati. Sepertinya semua sedang melakukan aksi! Lalu aku? Aku? Aku? Ada apa dengan aku yang hanya biasa duduk, diam, dongkol sambil mengomel-ngomel di depan layar duapuluhtiga inch sejak tiga jam yang lalu? Mana, di mana, ke mana nyaliku? Si telunjuk menunjuk-tunjuk kening selebar lapangan sepak bola sambil menggandeng bibir untuk berkata,
“Lagak lagumu itu Sri! Huh!”
Duh, duh, diriku sendiri saja mengoyak perih kedunguanku pada keadaan lingkungan sekitar, terutama teman dan handai tolan, plak! Plak! Plak! Telapak tangan kiri mendadak hadir untuk ikut serta mewujudkan kekerasan pada rumah pribadi, aduh, duh, duh.
“Bruno, Ijah, maryem, Pino, bebi... tolong! Tolong!” jeritku tertahan sekapan kuat sebuah tangan besar, hitam, dan kekar, yang sangat kontras dengan busananya, bersih bersinar dan terang: putih!
“Lagak lagumu itu Sri! Huh!”
“Bruno, Ijah, maryem, Pino, bebi... tolong! Tolong!”
“Sudah! Diam! Diam!” bisikknya di telingaku lekat-lekat. Aduh, duh, Arjunaku yang kuat dan memikat, lenguhku diantara erat pelukannya yang semakin dahsyat, basah sudah tangan Arjuna.