"hoop ... hoop, yo opo tho Jo iso kebablasan", suara keras membangunkan lamunan sepertiga detik Tera dengan refleks menarik tali kulit yang terasa tebal dan keras sedikit melecetkan telapak tangannya, "Piye tho Jo ? nglamun ae, ora mesak ne doro mu po piye" kembali suara tegas dengan bahasa yang agak asing di telinga Tera. Tera masih terdiam lebihnya terpaku dengan otak yang berputar keras sembari bertanya "Where am I, yaa Allah?" Tera melihat sekeliling sebuah istana megah bergaya klasik Jawa Eropa dengan janur kuning terpasang di beberapa sudut dan alunan irama gamelan Jawa menambah keagungan nya.
Pintu kereta kencana di samping Tera di buka oleh seseorang berpakaian adat Jawa dengan blangkon di kepala dan Surjan biru gelap serta keris terpasang di belakangnya berpadu dengan jarik berdasar putih bercorak batik motif bunga. Tera tersadar pakaian yang dia pakai sama persis dengan apa yang di pakai oleh orang tersebut dengan keris terselip di pinggangnya, tersadar pakaian yang terasa menekan perut dan nafasnya. "Saya kusir nya kah?", tanpa berpikir panjang lagi sedikit sulit bergerak Tera turun dari kursi berkain beludru di depan kereta kuda mencari tangga pijakan karena tingginya jarak dengan tanah.
"Sampeyan ora sah medun", bahasa asing lagi dengan nada seperti mengingatkan dari orang yang baru saja membuka kan pintu kereta kuda yang terbuat dari besi kokoh berwarna emas cemerlang dengan wangi semerbak bunga langsung temebar dengan turunnya seorang laki laki tinggi besar berjubah putih dengan ikatan kain putih di kepala seperti ulama muslim, tasbih hijau tergantung di genggaman tangan kanan nya dan keris dengan kilatan pantulan cahaya di tangan kiri, senyum lembut bijaksana terpancar dari wajahnya yang bersih. Tera seperti tidak asing dengan penampilan orang berjubah putih ini, "Tapi siapa ya? Kayak pernah lihat.
"Goool !" ... Suara keras menyadarkan Tera dari lamunan, di kedai kopi tempat Tera dan teman teman nya nobar Premiere League, sembari tersenyum dan mengangkat kedua alisnya, Tera memandang foto Pahlawan Nasional Indonesia yang terpajang di sisi kiri dekat jendela berornamen Jawa klasik, Pangeran Diponegoro. https://youtu.be/wy0ZwTEsIXA (Kereta kencana para pangeran)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H