Siang hari sedikit agak berawan melaju dengan motor "Lanang" masuk kawasan yang sedang dibangun buat destinasi wisata baru tepi Sungai Progo batas kabupaten Sleman dan Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta di Bendungan Karangtalun Ancol Blingo Ngluwar Minggir Sleman Jogja.Â
Memandang dari atas talut berpagar besi tepi Sungai Progo yang sedang gagah mengalirkan luapan coklat airnya di musim penghujan di awal bulan Desember, ditemani beberapa lalu lalang pekerja proyek pembangunan calon kuat kawasan wisata baru, yang sebentar lagi sepertinya akan selesai dikerjakan, tinggal sedikit finishing kanan kiri tanpa adanya debu menggangu layaknya sebuah pengerjaan proyek. Sungai Progo salah satu sungai yang melintas Jawa Tengah dan DIY dengan lebar bentang yang cukup besar, nama yang tidak asing buat pecinta arung jeram level ringan-sedang.
Di bendungan Karangtalun ini juga sungai Progo direkayasa oleh tangan manusia dibuatkan saluran seperti kanal tersendiri bercabang ke arah timur sepanjang 30 km yang nantinya melewati kota Jogja terus bermuara di sungai Opak, bernama Selokan Mataram.Â
Karangtalun sebagai hulunya Selokan Mataram dibangun pada masa penjajahan Jepang sebagai proyek diplomasi Raja Jogja saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX agar rakyat Jogja saat itu tidak ikut diangkut menjadi Romusha Jepang keluar dari Jogjakarta diminta membangun proyek pembuatan kanal sepanjang 30 km dengan membuat sayatan air keluar sungai Progo memanjang ke timur melewati Utara kota Jogja berakhir di Sungai Opak di Kalasan.
Dengan tujuan sebagai sumber air untuk pengairan petak2 sawah petani dan kebutuhan air masyarakat. Dikomandoi seorang insinyur Jepang bernama Yoshiro, otomatis saluran itu bernama Kanal Yoshiro dibangun hanya dalam waktu 3 tahun terbayang hiruk pikuk nya seorang Romusha.
Terus menyusuri hulu Selokan Mataram mengarah ke timur keluar jalan besar memasuki perkampungan Blingo Ngluwar sebelum SDN 1 Blingo, Kanal Yoshiro atau Selokan Mataram menghilang masuk dibawah rumah2 perkampungan, antara "gumun" dan ajaib, aliran Selokan Mataram kembali keluar di ujung terowongan (terowongan Kambiwolu) kembali wujudnya awal berupa selokan laksana sungai, suatu cerita "live" melihat langsung pintu keluar terowongan yang bagi saya arsitek nya "kurang kerjaan" banget buat kanal melintas dibawah perkampungan dan itu dibuat tahun 1943 an, out of the box pada jamannya.
Dari terowongan Kambiwolu kami kembali menyusuri tepi Selokan Mataram jalan lurus aspal mengikuti liuk nya persis di samping sang selokan, jalan ini terus mengikuti dan menemani disepanjang Selokan Mataram dari hulu sampai hilir nya. Jalan Selokan Mataram nama yang terbentang di google map, jalan yang akan dengan bangga menceritakan sejarah Selokan Mataram disetiap daerah yang dilaluinya bersama sang selokan, terus menuju ke timur.
 Selokan Mataram dengan banyak menciptakan kisah dan cerita di sepanjang 30 km bagi warga Jogja yang melewati nya atau sekedar melihat alirannya, yang melewati berbagai macam karakteristik tempat dan daerah, persawahan hijau dengan pak tani dan bajaknya, melewati perkampungan padat dengan karamba2 ikannya, melewati area urban perkotaan dengan toko2 gemerlap malamnya, kawasan kampus2 universitas ternama di Jogja dan kadang daerah "wingit" tempat jin buang anak, dan berakhir menunggu dengan bangganya untuk merangkul hangat di hilir Selokan Mataram Sungai Opak di timur Kota Jogja.Â
Aliran air yang tak pernah lelah terus bergerak ke timur, Kanal yang menghubungkan dua sungai besar di barat dan timur kota Jogja, sebuah kanal sejarah karya diplomasi tahta untuk rakyat sang Raja Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono IX ... Selokan Mataram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H