Mohon tunggu...
Aryo Djendra
Aryo Djendra Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Aryo Djendra - YouTube channel

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kauman Kota Jogja Sejarah Panjang Perkampungan Pertama Kasultanan Ngayogyakarta

29 November 2022   14:46 Diperbarui: 29 November 2022   15:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mengawali jalan2 pagi untuk sehat2 lagi, menitipkan motor di area parkir RS PKU Muhamadiyah Jogja, area yang lebih mirip rumah tinggal lawas dengan modernisasi parkir motor bertingkat ke atas, konsep mengakali pedestarian yang dilarang untuk parkir, antara ragu kami untuk parkir karena bukan utk berobat atau pun menjenguk keluarga sakit, tapi untuk jalan2 pagi sembari nge Vlog untuk di simpan di "Aryo Djendra" YouTube Channel, di Jl KH Ahmad Dahlan nol kilometer nya Kota Jogja.

Kauman dari beberapa sumber ada yang mereferensikan berasal dari kata kaum iman, tempat penduduk beragama Islam. Ada pula referensi yang mengatakan Kauman berasal dari kata bahasa Arab "qaumuddin" atau penegak agama, tempat dimana para guru ustad kyai berada, bisa jadi kata ini yang dipakai oleh keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menamai perkampungan yang terletak di sisi utara sisi barat dari komplek Keraton, karena kawasan ini dulunya (sampai sekarang) diperuntukkan untuk tempat tinggal para penghulu agama Islam kerajaan, yang bertugas memakmurkan masjid agung dan mengurusi semua acara keagamaan.

Masuk ke dalam perkampungan melalui gapura berhias lambang matahari Organisasi Muhammadiyah dengan ukiran nama Kauman berwarna mencolok seakan menyambut kedatangan para tamu agung di gang yang sedikit sempit. Rumah rumah klasik jaman Hindia Belanda, berpintu dan berjendela tinggi dengan bangunan tembok bata yang tebal serta ciri khas atap segitiga berhias ornamen kayu klasik, berbaur dengan rumah bergaya modern meskipun sebenarnya rumah bangunan lama juga yang direnovasi baru, tetap tidak bisa menyembunyikan ke "klasik" an nya. Gang yang tertata rapi dan bersih terkesan luas meski sebenarnya sedikit sempit tipikal kawasan padat penduduk, tapi tidak kumuh, justru tercium religius.

Tertegun sebentar di pojok gang tengah perkampungan, di depan tugu peringatan nama2 para syuhada yang gugur berjuang pada masa mempertahankan kemerdekaan, nama2 warga Kauman yang ikut berperang saat agresi militer Belanda pertama dan kedua, membayangkan barak Benteng Belanda (Vredeburg) berjarak tidak sampai 1 Km dari Kampung Kauman,  seperti apa rasa mencekam nya pada saat perang terjadi, sejarah mencatat ada Pertempuran Kotabaru, agresi militer Belanda I, agresi militer Belanda II dan serangan umum satu Maret di periode 1945 - 1948 di kota Jogja.

Menyusuri gang2 panjang dengan disapa rumah2 model klasik Eropa dan Jawa bersatu membentuk corak budaya sendiri, dan dihiasi dikejauhan puncak masjid Gedhe Kauman dengan mustaka keraton Jogja yang khas (unsur gadha, buah nanas dan daun kluwih) memberi kesan agama yang kuat meski belum bertemu bercakap dengan warga nya. Bertemu Langgar Kidul sebuah bangunan warisan budaya, dahulu merupakan langgar/mushola yang di bangun KH Ahmad Dahlan untuk pusat mengajar para santrinya, cikal bakal pemikiran "Sang Pencerah" membentuk perserikatan Muhammadiyah, yang hingga sekarang berwujud Muhamadiyah seperti saat ini. https://youtu.be/GY3x0Megqdc

Melewati makam masjid Gedhe Kauman, tempat dimakamkannya salah satu tokoh awal Muhammadiyah yaitu Nyai Ahmad Dahlan, kami keluar perkampungan Kauman sejurus langsung masuk benteng keraton Jogja (perkampungan Kauman Jogja berada di luar benteng keraton) memasuki pelataran luas Masjid Gedhe Kauman tempat dimana saat acara Sekaten, dua gamelan milik keraton di tabuh setelah isya selama satu Minggu sampai hari maulid nabi Muhammad SAW. Menyempatkan sholat dhuhur di masjid Gedhe Kauman karena sudah waktu nya, sempat terkagum dan mengingat ingat cerita filosofi yang ingin disampaikan di setiap ornamen hiasan di setiap titik masjid, gambar2 ukiran yang semuanya berfilosofi Firman Allah SWT di dalam Qur'an, ayat2 Qur'an yang diejawantahkan dalan simbol2 untuk mengingatkan manusia yang melihatnya siapa pun manusia itu, bukan hanya beragama Islam, namun semua manusia, karena Islam hadir untuk rahmatan Lil alamiin, seperti kampung Kauman kota Jogja yang ada karena ingin membuat rahmatan Lil alamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun