Pendahuluan
Indonesia telah mengintegrasikan konsep smart city untuk memperbaiki kualitas hidup penduduknya dengan mengimplementasikan teknologi informasi dalam berbagai aspek kehidupan perkotaan. Hingga tahun 2024, pemerintah Indonesia berencana untuk mengembangkan 150 smart city di seluruh negeri. Proyek ini mencakup berbagai kota dan kabupaten, dengan fokus utama pada penguatan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) guna mendukung transformasi digital yang menyeluruh. Saat ini, beberapa kota di Indonesia telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai smart city, termasuk Jakarta, Medan, dan Makassar. Ketiga kota ini tercantum dalam Smart City Index (SCI) 2024 yang diterbitkan oleh Institute Management and Development (IMD), dengan Jakarta berada di peringkat 103, Medan di peringkat 112, dan Makassar di peringkat 114 dari 142 kota yang disurvei di seluruh dunia.
Smart city diartikan sebagai penerapan teknologi komputasi cerdas untuk mengintegrasikan komponen-komponen utama dari infrastruktur dan layanan perkotaan, seperti administrasi kota, pendidikan, kesehatan, keselamatan publik, properti, transportasi, dan kebutuhan kota lainnya. Penggunaan teknologi ini harus dilakukan secara cerdas, saling terhubung, dan efisien (Washburn, 2010). Penerapan konsep smart city dapat terlihat dengan adanya program pelayanan yang berbasis teknologi seperti e-government, e-delivery, e-budgeting dan e-controlling. Konsep smart city memiliki 6 karakteristik yaitu smart governance, smart branding, smart economy, smart living, smart society dan smart environment (Kemenkominfo 2017). Smart city memiliki keterhubungan antar bagian-bagian kota melalui integrasi jaringan komunikasi, internet, dan teknologi. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) terbaru akan meningkatkan manajemen dan layanan kota, mendorong inovasi dari pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam pembangunan kota.
Keunggulan dan Kelemahan Smart City
Dengan integrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), smart city dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mengurangi biaya operasional, dan menyediakan layanan publik yang lebih responsif dan terukur. Misalnya, sistem transportasi cerdas dapat mengurangi kemacetan dan emisi, sementara infrastruktur kesehatan digital dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan. Selain itu, smart city mendorong partisipasi aktif warga melalui platform digital, memungkinkan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang lebih transparan dan inklusif. Namun, kelemahan smart city juga perlu diperhatikan. Salah satu tantangan utama adalah tingginya biaya awal untuk pembangunan infrastruktur teknologi dan sistem yang diperlukan. Selain itu, ketergantungan yang besar pada teknologi dapat meningkatkan risiko keamanan siber. Ketimpangan digital juga akan menjadi masalah, karena tidak semua warga memiliki akses atau literasi yang memadai terhadap teknologi, yang dapat memperbesar kesenjangan sosial. Salah satu negara yang menerapkan smart city terbaik di dunia adalah Singapura, pada tahun 2021 Singapura mendapatkan nilai 35.8 melalui hasil studi "Top 50 Smart City Governments Rankings". Indikator yang menjadikan Singapura berhasil menjadi smart city terbaik adalah karena Singapura mampu mengkolaborasikan kebutuhan penting warga negaranya seperti tempat tingal, ketersediaan pangan, pendidikan, keamanan, dan transportasi publik. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa aspek smart people di Singapura sangat mendukung dalam pembangunan konsep smart city.
Proses Perencanaan dan Pengorganisasian Smart City
Mewujudkan konsep smart city di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, diperlukan rencana yang terperinci. Pemerintah pusat harus menetapkan visi jelas dan mengembangkan strategi nasional seta road map yang menguraikan langkah-langkah implementasi untuk setiap daerah. Investasi dalam infrastruktur teknologi, aplikasi e-government, sistem transportasi cerdas, dan layanan publik digital menjadi prioritas. Peningkatan literasi digital bagi masyarakat dan pegawai pemerintah juga penting. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat diperlukan, sementara identifikasi sumber pendanaan dan pengembangan model bisnis berkelanjutan mendukung keberlanjutan proyek. Penggunaan teknologi big data dan IoT, serta layanan kesehatan dan pendidikan digital, harus diimplementasikan. Inisiatif keberlanjutan, seperti sistem pencahayaan hemat energi dan pemasangan panel surya, juga harus diterapkan.
Penutup
Indikator kinerja dan audit berkala seperti concurrent control diperlukan untuk memantau kemajuan dan keberhasilan implementasi smart city. Dengan mengikuti rencana ini, seluruh pemerintah kabupaten/kota di Indonesia dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk melalui penerapan teknologi informasi dalam berbagai aspek kehidupan perkotaan. Meskipun memang dalam membangun smart city akan ditemukan banyak tantangan seperti biaya yang tinggi, SDM yang tidak memadai, tujuan yang tidak terintegrasinya  dan perubahan lingkungan yang dinamis. Pengalaman Singapura menunjukkan pentingnya kolaborasi dan partisipasi warga dalam mencapai smart city yang sukses. Indonesia harus mengatasi hambatan yang ada untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengembangan teknologi informasi. Untuk mengembangkan Smart City di Indonesia, diperlukan perencanaan yang terperinci serta pengorganisasian infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang efektif. Selain itu,  peningkatan literasi digital dan partisipasi masyarakat juga merupakan hal yang penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H