Mohon tunggu...
Sa'id Djazuli
Sa'id Djazuli Mohon Tunggu... -

Pribadi yang masih membutuhkan dedikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Realitas

25 Agustus 2017   00:26 Diperbarui: 25 Agustus 2017   00:55 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Obyek imajiner dalam dunia perfilman saat ini adalah satu trend dari  beberapa set tanda peradaban manusia yang tampak begitu nyata. Kita  saksikan film-film superhero di layar kaca dengan teknologi  visual yang begitu canggih seolah ada begitu nyata. Film Spiderman ialah salah satu tontonan  yang terkadang saya renungkan, mengapa harus manusia laba-laba yang  dijadikan model utama dalam menumpas kejahatan, bukankah manusia menjadi  rendah ketika disandingkan dengan hewan, atau memang manusia seperti  laba-laba.? Tapi oke lah, dunia fantasi anak-anak memang tidak dapat  ditawar dengan pertanyaan, demikian adanya. 

Namun kita yang  gemar bertamasya ke alam kritis terkadang menjadi aneh ketika hal itu  dipikirkan lebih serius. Betulkah manusia demikian?. Jika  ditarik  kepada pernyataan Cliffort Geerzt manusia memang seperti laba-laba  (bukan dalam bentuk fisik), "hidup manusia tidak pernah lepas dari  jejaring makna." Simbol-simbol yang diciptakan ialah dalam rangka cara  manusia bereksistensi. Hukum, moral, seni, budaya, gaya hidup dan  seterusnya adalah apa yang dalam bahasa Hegel disebut "Objektiver Geist"  (Roh Obyektif), suatu ungkapan kehidupan masyarakat dalam dunia  sosial-historis. Bahasa yang lebih sederhana manusia menjalani hidupnya  dari hasil konstruksinya sendiri.

 La Nausee

 Seorang filsuf  eksistensialisme Perancis Jean Paul Sartre pernah menulis roman yang  berjudul La Nausee, salah satu roman bergenre filsafat pertama yang ia  tulis. Nausee dalam bahasa Perancis berarti "mual". Bagaimana maksudnya?  Sebagai pengantar mari bayangkan kita sedang mengahadiri sebuah acara  pesta pernikahan yang begitu mewah.

Hari yang membahagiakan itu,  kita menatap wajah sang pengantin wanita, duduk manis menunggu pengantin  pria datang. Berbagai macam hiasan bunga, lampion-lampion yang terang,  alunan musik yang syahdu, minuman dan makanan yang lezat, semuanya  adalah tanda dari sebuah situasi yang menggembirakan.

 Tetapi  sekonyong-konyong datang sebuah kabar dari telegram bahwa pengantin pria  meninggal dalam peristiwa kecelakaan di perjalanan. Kemudian apa yang  menghinggapi situasi dalam pesta itu, serta perasaan seorang pengantin  wanita? Seperti terjun ke liang kubur, secara mental campur aduk, asam  lambung seketika naik, semuanya menjadi sia-sia, pandangan terasa  teracak-acak. Rangkaian simbol-simbol bunga, busana mewah, alunan musik,  dan hiasan lainnya yang ada di depannya berubah kesan secara total oleh  perasaan yang tercabik-cabik.

 Pengandaian tersebut mengantarkan  kita pada sebuah titik terang apa yang sesungguhnya yang dimaksud  "nausee" oleh Sartre, bahwa manusia bereksistensi dengan cara  mengkonstruk kehidupannya dengan sedemikian terencana. Maka seperti  pengandaian di atas, moment yang terasa wajar bahagia bagi siapa saja  dapat seketika runtuh, nonsense oleh gangguan-gangguan dari luar.  

 Bagaimana kemudian jika manusia tanpa membangun itu semua? Hal-hal yang  dipandang membahagiakan, menyenangkan, dan seterusnya dihapus secara  total tanpa kesan, persepsi, mood yang selama ini terus diperbarui dalam  kehidupan, apa yang terjadi? Ialah manusia merasa "nausee", hidup  terasa mual oleh beban yang terasa berat dalam menapaki  kehidupan. Oleh  karena itu manusia merancang aneka ragam hal untuk keberlangsungannya  di bumi dengan kadar dan inteleksi masing-masing dalam batasan-batasan  yang berbeda pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun