Mohon tunggu...
Djatmiko Saputro
Djatmiko Saputro Mohon Tunggu... -

Lahir di Grenjengan, sebuah desa kecil di tengah hutan, masuk wilayah Boyolali, Jawa Tengah. Menghabiskan masa kecil di seputar hutan jati Boyolali dan Grobogan, pindah sekolah dan melalui masa remaja di Semarang, Kuliah di Teknik Kimia UGM dan sekarang kerja di kilang minyak Pertamina

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perusahaan Dunia Pendidikan

5 Januari 2010   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

sedang mulai belajar menulis, mohon komentar dan saran kompasianer semua

tulisan ini terinspirasi adik-adik SMK yang telah membuat mobil dengan merek ESEMKA dengan berbagai jenis/tipe mobil yang dikerjakan secara paralel.  masing-masing SMK membuat jenis mobil yang berbeda dengan merek ESEMKA

lepas dari apakah itu lebih merupakan karoseri yang merakit komponen-komponen menjadi mobil, dan tentunya berlebihan jika mengharapkan adik-adik SMK mendesain mesin dan komponen lainnya sendiri, usaha mereka untuk membangun mobil itu tentu sangat membanggakan.  sebagai pembanding untuk membuat GEA saja, PT INKA harus bekerjasama dengan BPPT untuk membuat mesinnya toh?

tapi fokus utama saya bukan disitu,

saya sedang membayangkan bangsa indonesia bersama-sama bahu membahu, melalui pemerintah cq departemen pendidikannya menjadi promotor dan regulator untuk mengarahkan agar universitas/institut/sekolah tinggi/akademi bisa berkolaborasi minimal di dalam universitas/institut/sekolah tinggi/akademi itu sendiri, mengkombinasikan berbagai disiplin ilmu yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang bisa mengembangkan potensi bangsa kita sendiri

pengalaman, atau lebih tepatnya perasaan saya, saat melakukan penelitian di kampus, sebagian besar orang hanya memikirkan bagaimana mendapatkan judul penelitian, apapun itu, asal bisa cepat selesai, mendapatkan nilai setinggi-tingginya, cepat lulus dan cari kerja.  sebagian hasil penelitian mungkin aplikatif, yang lainnya mungkin sekedar meneliti, membuktikan teori (walaupun mungkin memang ini adalah gradenya S-1, membuktikan teori) dengan hampir tidak mempertimbangkan manfaat dari penelitian tersebut untuk pihak di luar dirinya/kampus.

bagaimana jika pemerintah cq departemen pendidikan mengumpulkan dan mengkoordinasi seluruh kampus , kemudian bersama-sama melakukan assessment dan menetapkan potensi apa saja yang bisa dikembangkan di masing-masing daerah di seluruh Indonesia.  setelah itu disusun rencana kerja agar potensi-potensi itu bisa direalisasikan lalu dilakukan pembagian siapa melakukan apa.  dengan begitu arah penelitian di kampus bisa difokuskan pada pencapaian rencana-rencana kerja itu, saling mendukung dan pada akhirnya bisa diimplementasikan di masyarakat luas dan manfaatnya pun bisa dirasakan tidak hanya dalam jangka pendek seperti program KKN yang sifatnya banyak yang sporadis, meskipun tidak berarti jelek, seperti ngecat gapura yang sudah berdiri, membantu membuat proposal pengerasan jalan ke pemda yang sebenarnya sudah dirintis masyarakat sendiri, dll.

dengan begitu dunia pendidikan mungkin bisa lebih meningkatkan peranan langsung dari aktifitas akademisnya untuk kesejahteraan bangsa ini.

bagaimana pendapat kompasianer semua?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun