Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tragedi Mina Terjadi Lagi

27 September 2015   20:04 Diperbarui: 27 September 2015   20:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah lebih 20 tahun tragedi di terowongan Mina yang menewaskan ratusan jemaah haji, pada Kamis, 24 September pagi waktu setempat, terjadi lagi tragedi yang menewaskan lebih dari 500 jemaah, 3 diantaranya dari Indonesia. Belum jelas penyebabnya, sementara ada kabar bahwa di jalur 204 menuju tempat melempar jumrah di Mina, tiba-tiba rombongan bagian depan berhenti. Rombongan yang berada di belakang terus mendesak, sehingga terjadi 'tabrakan' seperti tabrakan beruntun di musim salju di Eropa.

Jemaah yang meliwati jalur 204 memang dalam jumlah besar tapi tidaklah `membludak' di luar kapasitas jalan` Jemaah 'membludak' biasanya pada siang hari, saat yang dinilai 'afdol' untuk melempar jumrah. Jadi penyebab sebenarnya, rombongan depan yang berhenti tiba-tiba. Ada desas desus bahwa seorang keluarga raja melewati jalur tersebut dari bagian depan. Untuk memberi jalan kepada sang pangeran, pengawal menghentikan rombongan sehingga tidak disangka-sangka mengakibatkan tabrakan beruntun itu. Adapun tiga orang jemaah Indonesia yang ikut menjadi korban tidak diketahui penyebabnya karena jalur 204 bukanlah untuk jemaah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pemerintah Saudi Arabia harus mempelajari peristiwa maut itu, mencari solusi agar tidak terulang lagi dimasa depan. Apa tidak ada cara lain bagi keluarga raja yang ikut melempar jumrah selain dari menghentikan rombongan yang sedang berjalan.

Dalam penjelasan kepada media, tokoh-tokoh yang sudah kenal betul situasi Mina, cenderung menganggap bahwa peristiwa terjadi karena jemaah memaksakan diri untuk melempar jumrah pada waktu yang afdol, yaitu siang hari. Padahal, kenyataannya, peristiwa terjadi dipagi hari. Ada pula yang berpendapat, petugas keamanan sangat minim untuk memperlancar jalannya jemaah yang menuju tempat melempar jumrah. Berbagai jalan keluar memang perlu dirundingkan dengan pemerintah Saudi Arabia agar kecelakaan bisa dihindari.

Bagi jemaah Indonesia, tidak ada pilihan selain mengikuti petunjuk dari pembimbing masing-masing, jangan nylonong seperti dilakukan 3 jemaah yang tewas di jalur 204. Jangan tergoda dengan keharusan melempar jumrah pada waktu yang afdol karena itu sifatnya sunnah belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun