Mohon tunggu...
Djasli Djosan
Djasli Djosan Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mantan redaktur dan reporter RRI, anggota Dewan Redaksi majalah Harmonis di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden AS Berkunjung ke Kuba

25 Maret 2016   01:40 Diperbarui: 25 Maret 2016   02:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 Presiden AS, Barack Obama dan Ibu Negara pada Minggu, 20 Maret 2016 menginjakkan kakinya di Havana, Kuba. Ini merupakan kunjungan bersejarah setelah 88 tahun, dilakukan seorang Presiden AS, negara yang memperlakukan Kuba sebagai musuh. Permusuhan itu diawali kejatuhan pemerintahan Kuba dukungan AS yang digilas oleh revolusinya Fidel Castro pada 1959.. Tidak berhasil menekan Kuba yang dilindungi oleh Uni Soviet, penguasa di Washington sejak 56 tahun lalu memberlakukan embargo ekonomi terhadap negeri kecil yang letaknyaa hanya 150 km dari pantai selatan AS.. Presiden Obama sudah meminta Kongres AS mencabut embargo, tapi Kongres yang dikuasai Partai Republik menolaknya. Kongres AS malah menasehati Presiden Obama untuk meninjau kembali pembukaan hubungan diplomatik dengan Kuba pada Agustus 2015.


Kebijakan Presiden Obama memulihkan hubungan dengan Kuba adalah realistis, meninggalkan ego negara adidaya yang selalu merasa benar sendiri. Kenyataannya, sekalipun dimusuhi selama puluhan tahun, Kuba tetap berdiri, tidak hancur karena embargo ekonomi. Kuba juga tidak melakukan apa-apa secara militer untuk mengganggu ketentraman rakyat AS. Memang pernah terjadi, semasa pemerintahan JF Kennedy, ada ketegangan serius gara-gara Uni Soviet menempatkan rudal balistik antar benua di Kuba. Tuntutan AS untuk membongkar fasilitas rudal itu, disetujui oleh Uni Soviet. Tapi dengan imbalan, fasilitas serupa milik AS di Siprus juga dibongkar.


Sekarang perang dingin sudah selesai, negara-negara adidaya tidak perlu lagi saling gertak. Hubungan antar negara seharusnya didasarkan kepada kepentingan kemanusiaan, menyelamatkan umat manusia dari kemiskinan, kebodohan dan bencana alam. Sedangkan sistem sosial yang dianut, sosialisme, kapitalisme, islamisme atau apapun juga namanya , merupakan hak dan pilihan masing-masing negara.


Lembaran baru hubungan AS-Kuba akan berjalan mulus kalau AS menghormati sistem sosial yang dianut Kuba. Masih banyak ganjalan dalam memulihkan sepenuhnya hubungan AS-Kuba. Presiden Raul Castro meminta AS mengembalikan kedaulatan Kuba di Guantanamo yang dijadikan AS sebagai penjara militer.Sedangkan embargo ekonomi oleh AS dinilai presiden Kuba itu sebagai ‘halangan paling penting’.

Setelah Kuba, ditunggu kebesaran jiwa AS untuk membuka hubungan diplomatik dengan ‘negara-negara musuh’lainnya seperti Venezuela, Iran dan Korea Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun