Debat Capres 2024 tahap dua berlangsung Minggu malam 7 Januari di Istora Senayan Jakarta membahas tema Politik Luar Negeri, Hankam dan Geo Politik.
Capres no. 1 Anies Baswedan menilai Indonesia saat ini hanya menjadi penonton dalam kancah politik internasional. Ia mengharapkan Indonesia dapat kembali berperan menjadi penentu dalam menyelesain masalah internasional. Sayang Anies tidak menjelaskan contoh kasusnya. Ketika Presiden Jokowi tahun lalu menemui Presiden Rusia Putin dan Presiden Ukraina Zalezensky menawarkan diri sebagai mediator, apa itu bukan menunjukkan peran Indonesia dalam kancah politik internasional?Â
Kalau kemudian upaya itu gagal, penyebabnya Putin tidak mau berunding karena tujuannya di Ukraina belum tercapai. Begitu juga ketika Menlu Retno Marsudi wara wiri melakukan lobi dengan menemui tokoh-tokoh penting berkaitan penyelesaian konflik di Gaza, apa itu melempem namanya? Indonesia sangat menonjol dalam upaya menyelesaikan masalah Gaza, sehingga konon, Israel memperingatkan agar Indonesia jangan ikut campur.
Capres no. 2 Prabowo Subianto menjelaskan pelbagai prestasi Indonesia dalam kancah politik regional dan internasional seeperti menjadi Ketua G20 dan ASEAN. Berbagai langkah penting disepekati dalam kedua forum tersebut. Prabowo menegaskan Indonesia perlu punya pertahanan yang kuat agar tidak mudah dipermainkan oleh negara-negara lain seperti dialami warga Palestina di Gaza. Itulah alasannya mengapa Indonesia membeli alutsista untuk memperkuat TNI dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Capres no. 3 Ganjar Pranowo menyoroti perkembangan di Laut Cina Selatan. Ia berpendapat seharusnya ada kesepakatan sementara pihak-pihak terkait di kawasan. Tapi tidak dijelaskan cara mencapai kesepakatan itu. Mungkin Ganjar kurang mempelajari duduk persoalan sebenarnya di Laut Cina Selatan.Â
Di satu ihak RRC mengklaim Laut Cina Selatan merupakan wilayah Cina secara turun temurun. Di pihak lain negara-negara terkait yaitu Philipina, Vietnam, Brunai dan Indonesia berpendapat Laut Cina Selatan adalah kawasan internasional. Ketika RRC menawarkan Indonesia berunding tentang batas wilayah laut Indonesia di Natuna yang berada di Laut Cina Selatan, Menlu Retno Marsudi menolak dan menegaskan bahwa Indonesia punya hak di laut sekitar Natuna seperti diatur Hukum Laut Internasional.
Perdebatan seru dan memanas ketika Anies dan Ganjar 'mengeroyok' Prabowo mengenai capaian Kementerian Pertahanan selama dinakhodai oleh Prabowo. Mereka menyayangkan Indonesia membeli pesawat tempur bekas dari luar negeri. Kebijakan yang diambil Prabowo berdasarkan
keinginan sendiri tanpa melihat manfaatnya di lapangan. Untuk itu Ganjar menilai kinerja Kementerian Pertahanan dengan angka 5 sedangkan Anies memberi nilai di bawah 5.
Prabowo menjelaskan soal pesawat tempur bekas yang dinilai adalah usianya. Jika sebuah pesawat baru dipakai 5 tahun pada usia pakainya sampai 30 tahun, berarti masih baik, daripada membeli baru yang belum tentu baik. Prabowo juga menegaskan ketika membebaskan Irian Barat, Bung Karno membeli pesawat bekas dari Sovyet.Â
Prabowo menyatakan data-data yang dimiliki Ganjar dan Anies tentang Kementerian pertahanan sehingga dinilai rendah kinerjanya adalah tidak benar. Prabowo menawarkan keduanya untuk datang ke kantornya guna mendapatkan penjelasan mengenai program-program Kementerian Pertahanan, sebab tidak mungkin menjelaskannya di arena debat yang waktunya terbatas..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H